Malorossiya, Sentimen Putin Enggan Akui Ukraina Berdaulat
Aksi Presiden Rusia, Vladimir Putin, memutuskan untuk menginvasi Ukraina jadi perhatian dunia. Akibat perang ini, ratusan warga sipil di Ukraina tewas dan lebih dari dua juta orang mengungsi.
Sejumlah pakar melontarkan berbagai sebab yang membuat Putin nekat menyerang Ukraina, mulai dari ketakutan Rusia atas bergabungnya Ukraina ke NATO, hingga ke aspek sejarah dan paham Putin bahwa Rusia dan Ukraina satu bangsa.
Mengulik Hubungan Ukraina-Rusia Secara Historis
Ukraina merupakan salah satu negara besar di Eropa dengan penduduk sebanyak 44 juta orang. Namun di masa Kerajaan Rusia, Ukraina dikenal sebagai 'Malorossiya' atau 'Rusia Kecil.'
Sebutan 'Malorossiya' ini digunakan untuk memperkuat paham bahwa Ukraina merupakan anggota kecil dari Kerajaan Rusia. Paham ini didukung oleh kebijakan tsar (kaisar Rusia) di abad ke-18, yang saat itu menekan penggunaan bahasa dan budaya Ukraina.
Kebijakan tersebut diterapkan untuk membangun nilai Rusia yang dominan di Ukraina, pun menghapus paham Ukraina sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, dikutip dari The Conversation.
Melupakan bahwa awalnya Ukraina merupakan negara yang merdeka, Presiden Vladimir Putin mengklaim warga Ukraina dan Rusia merupakan satu orang. Konsep ini berasal dari sejarah "Kyivan Rus," yakni federasi abad pertengahan yang terbentang dari Laut Putih hingga Laut Hitam.
Dalam federasi tersebut, Kyiv dianggap sebagai tempat kelahiran budaya Rusia dan Belarus, pun menjadi sumber iman Orthodox mereka. Bergabung dengan Ukraina merupakan sesuatu yang fundamental bagi Rusia supaya merasa mereka adalah bagian dari Eropa, sebagaimana dilansir The Economist.