Aquilino mengatakan tiga pulau yang disulap China jadi markas militer itu adalah Mischief Reef, Subi Reef, dan Fiery Cross.
Ia menuturkan China membangun gudang senjata, hanggar pesawat, sistem radar, dan fasilitas militer di ketiga pulau itu yang kini sudah dalam tahap hampir selesai.
Aquilino menuturkan militer AS masih terus dipantau untuk memastikan apakah China akan melanjutkan pembangunan infrastruktur militer di wilayah lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka bisa menerbangkan pesawat tempur, pengebom, ditambah semua kemampuan ofensif sistem rudal (di pulau itu)," katanya.
Setiap pesawat militer dan sipil yang terbang di atas perairan LCS, lanjut dia, bisa dengan mudah masuk ke dalam jangkauan sistem rudal China yang terletak di ketiga pulau itu.
"Jadi itu ancaman yang nyata, makanya sangat memprihatinkan soal militerisasi pulau-pulau ini. Mereka mengancam semua negara yang beroperasi di sekitarnya, semua laut, dan wilayah udara internasional," ujar Aquilino.
Amerika memang tak memiliki klaim wilayah di perairan tersebut. Namun, AS telah lama menentang klaim sepihak China atas perairan yang menjadi jalur dagang utama dunia itu.
AS menganggap Laut China Selatan sebagai perairan internasional yang bebas dilewati kapal dan pesawat negara mana pun.
AS juga kerap mengerahkan kapal dan pesawat Angkatan Laut selama beberapa dekade guna berpatroli dan mempromosikan kebebasan bernavigasi di LCS.
Sementara itu, China terus-menerus menentang tindakan militer AS apa pun di wilayah tersebut.
Meski Pengadilan Arbitrase menolak klaim historis China di LCS sesuai Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal Hukum Laut, Beijing berkeras mengklaim perairan strategis itu sebagai milik mereka.