Alasan Zelensky Nilai Yerusalem Lokasi Ideal Dialog Rusia-Ukraina
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menilai kota di Israel, Yerusalem, merupakan tempat yang cocok untuk negosiasi untuk mengakhiri perang antara negaranya dengan Rusia.
Anggapan itu muncul lantaran Israel dinilai mempunyai hubungan diplomatik yang baik dengan kedua negara yang berkonflik itu.
Zelensky menambahkan, Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett sejauh ini sudah berupaya menengahi konflik di Eropa Timur itu.
Israel telah mempertahankan kerja sama keamanan yang rumit dengan Rusia, yang memiliki pasukan di Suriah, melintasi perbatasan utara Israel. Ia pun menyadari akan hubungan Israel dan Rusia, yang menurutnya punya kepentingan tersendiri.
"Kami berterima kasih atas setiap upaya ini. Jadi ke depan atau lain waktu, kami bisa memulai pembicaraan dengan Rusia, mungkin di Yerusalem. Ini (Yerusalem) adalah tempat yang tepat untuk mencari perdamaian, jika memungkinkan," kata Zelensky dikutip dari AFP, Selasa (22/3).
"Tentu saja, Israel memiliki kepentingan dan strategi pertahanannya sendiri untuk warganya. Kami memahami semua ini," imbuhnya.
Zelensky saat ini juga bersikeras ingin menggelar pertemuan dalam bentuk apapun dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Zelensky meyakini satu-satunya cara untuk mengakhiri agresi Rusia ke negaranya yang telah berlangsung lebih dari tiga pekan ini adalah dengan negosiasi dan perundingan dengan Putin.
Polemik Rusia versus Ukraina belum kunjung reda sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan perintah operasi militer di wilayah Donbas yang terletak di timur Ukraina pada Kamis (24/2) lalu. Kedua negara itu bahkan terus mengupayakan negosiasi melalui serangkaian pembicaraan secara langsung maupun melalui tautan video, namun masih buntu.
"Saya percaya tanpa pertemuan ini tidak mungkin sepenuhnya memahami apa yang akan membuat mereka (Rusia) siap menghentikan perang," ujar Zelensky.
Zelensky melanjutkan bahwa sebetulnya Ukraina mampu menghadapi serangan Rusia dan menyerang balik. Namun, bagi dia, harga diri tak akan menyelamatkan nyawa. Sehingga, ia akan mengambil opsi negosiasi.
Hingga detik ini pertempuran dan ledakan masih terjadi di sejumlah kota di Ukraina. Menurut laporan PBB, korban meninggal akibat agresi itu nyaris 850 orang dan warga yang mengungsi sudah melampaui 3,3 juta jiwa.
Sementara itu, menurut data pemerintah Ukraina korban meninggal akibat invasi Rusia telah mencapai 2.000 orang termasuk 900 warga sipil.