ANALISIS

Kenapa Putin Ngotot Isu Neo-Nazi jadi Dalih Rusia Serang Ukraina?

CNN Indonesia
Rabu, 23 Mar 2022 09:05 WIB
Tuduhan praktik fasisme dan neo-Nazi di Ukraina menjadi salah satu alasan kuat Rusia melancarkan invasi ke Ukraina. Apa buktinya?
Foto: AFP/BERTRAND GUAY

Pengamat hubungan internasional Universitas Padjadjaran (Unpad), Teuku Rezasyah mengatakan, tuduhan neo-Nazi di Ukraina muncul dari "para kriminal" yang sengaja dinilai sebagai pendukung gerakan fasisme itu untuk mengusik masyarakat di negara itu, terutama di wilayah timur yang banyak dikuasai separatis pro-Rusia seperti Donetsk dan Luhansk.

Sebagian besar warga di timur Ukraina memang dekat dengan kultur Rusia. Mayoritas wagra di timur Ukraina seperti Donetsk dan Luhansk bahkan lebih fasih berbahasa Rusia.

Selama ini, Rusia juga telah memberikan status kewarganegaraan bagi banyak warga di timur Ukraina. Dalam salah satu pidatonya saat mengumumkan invasi Rusia, Putin bahkan berulang kali menegaskan bahwa Rusia dan Ukraina merupakan satu bangsa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rezasyah menambahkan, secara aspek hubungan internasional, fenomena kemunculan neo-Nazi sangat mengkhawatirkan negara Eropa. Ia lantas memandang, tuduhan Rusia bisa saja mengandung sejumput kebenaran lantaran Rusia memiliki kemampuan intelijen yang mumpuni.

Namun apabila klaim Putin ini terkonfirmasi, Ukraina kemungkinan akan menyatakan secara tegas bahkan membuktikan bahwa gerakan yang dicurigai neo-Nazi itu diprakarsai oleh sejumlah warganya dan bukan negara.

Ukraina, kata Rezasyah, harus tegas menyatakan bahwa gerakan neo-Nazi di negaranya tidak terafiliasi dengan pemerintah jika memang terbukti ada.

"Dan kita Indonesia harus adil atau netral di tengah ya. Perihal tuduhan Nazi ini, Rusia harus membuktikan dan memberikan informasi ke masyarakat melalui dialog dua negara terkait tudingan dan bantahan itu," kata Rezasyah saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (22/3).

Rezasyah menilai, tudingan Putin soal gerakan neo-Nazi di Ukraina berpotensi memiliki "dasar" lantaran Rusia memiliki kemampuan intelijen yang mumpuni. Apalagi sebelum menjabat sebagai presiden Rusia, Putin pernah menjadi petinggi Badan Intelijen Uni Soviet (KGB).

Rezasyah kemudian menyarankan agar Moskow-Kyiv merekrut negara pembanding bukti yang netral, seperti negara Skandinavia ataupun negara seperti Swedia, Denmark, ataupun Norwegia yang punya lembaga penelitian independen.

"Dengan latar belakang Putin dari intelijen, kemudian dia punya pengalaman mendalam tentang Eropa Timur. Tentu dia [Putin] tidak mau mempermalukan diri sendiri. Pasti dia punya data, dan data itu akan dikeluarkan saat negosiasi. Karena kalau Putin sembarangan begitu, maka bahaya, bisa membangun anti-Putin," kata dia.

Namun demikian, Teuku menilai negosiasi kedua negara ini masih akan berlangsung panjang. Apalagi dalam waktu dekat akan ada pertemuan dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Rusia, lanjut Teuku, membutuhkan pernyataan legal dari Ukraina yang menyatakan bahwa memang ada gerakan Nazi di negaranya dan mau berkomitmen untuk memberantas gerakan yang dikhawatirkan akan mengancam kedaulatan Rusia itu.

"Kalaupun Ukraina didesak memberikan pernyataan dan 'kalah', maka mereka harus bikin statement bahwa misal ada gerakan neo-nazi itu, maka itu tidak berafiliasi dengan pemerintah dan berkomitmen kelompok itu harus dibubarkan, dan sisa-sisanya istilahnya dimusnahkan," ujar Rezasyah.

Berlanjut ke halaman berikutnya>>>

Siasat Putin Lengserkan Zelensky

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER