Selain soal kerugian di sektor sumber daya manusia, Rusia juga mengalami kerugian dari persenjataan militer mereka.
Menurut Kemenhan Ukraina per Selasa (22/2), Rusia sudah kehilangan 99 pesawat, 123 helikopter, 509 tank, 252 artiler, 1.556 kendaraan lapis baja, 3 kapal, dan 1.000 kendaraan militer lainnya.
Lalu mereka juga kehilangan 70 tangki bahan bakar, 35 dUAV, 45 pesawat anti perang, 15 peralatan khusus, dan 80 peluncur roket.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kremlin sejauh ini kerap menghindari pertanyaan soal perkembangan pergerakan militer Rusia di Ukraina.
Di bidang ekonomi Rusia juga mengalami kerugian sebab sejak Putin melancarkan invasi banyak negara yang sudah menjatuhkan sanksi dan embargo terhadap Negeri Beruang Merah.
Uni Eropa bahkan telah menjatuhkan empat paket sanksi bagi Rusia. Presiden Amerika Serikat Joe Biden pun sebentar lagi mengumumkan sanksi baru bagi Rusia.
Belum lagi sanksi-sanksi independen yang dijatuhkan negara lainnya seperti Jepang hingga Singapura sebagai bentuk kecaman atas agresi Rusia ke Ukraina.
Negara Barat bahkan sepakat menendang bank-bank Rusia dari sistem keuangan Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).
SWIFT merupakansistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat mengirim dan menerima pesan transaksi dengan cepat dan aman. Tak ayal, transaksi keuangan saat ini dapat dilakukan antar negara bahkan antar benua.
Dengan begitu, pemblokiran ini pun membatasi akses Rusia dari pasar keuangan global. Sanksi ini dinilai jadi yang terberat dari beragam sanksi ekonomi untuk Rusia.
Perusahaan jasa keuangan global seperti Visa dan Mastercard juga telah mendepak bank-bank Rusia dari layanannya.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga disebut akan mencabut Rusia dari daftar negara paling disukai atau most favor nations. Imbasnya, tarif impor yang lebih tinggi akan dikenakan terhadap Rusia, seperti dikutip Reuters.
Berbagai brand global juga ramai-ramai menutup bisnis dan operasi mereka di Rusia.
Sebut saja Apple Inc, McDonald's, IKEA, H&M, yang merupakan segelintir brand global yang memutuskan menghentikan operasi mereka di Rusia sebagai bentuk protes invasi ke Ukraina.
Akibat isolasi yang dihadapi Rusia dari sistem keuangan global, pemerintahan Presiden Vladimir Putin terancam gagal bayar utang. Dilansir The Guardian, Rusia memiliki dua tenggat waktu pembayar bunga utang yang jatuh tempo pada Rabu (16/3).
Rusia tidak dapat mengakses hampir semua cadangan emas dan valuta asingnya senilai US$640 miliar.
Tak hanya Rusia, Ukraina pun juga mengalami kerugian yang cukup besar dari pertempuran ini.
Menurut data per 13 Maret lalu, setidaknya 1.300 tentara Ukraina tewas selama konflik berlangsung. Sementara itu, menurut Rusia 2.870 personel Ukraina telah gugur dan terluka per 2 Maret lalu.
Namun, negara Eropa Timur ini mendapat banyak dukungan dari berbagai negara baik pemerintah maupun sipilnya. Seperti Amerika Serikat dan NATO yang terus memberi bantuan perangkat militer.
Baru-baru ini, bahkan ada kebun binatang yang ikut berdonasi untuk Ukraina, senilai US$10 ribu atau 143 juta.
Invasi Rusia ke Ukraina juga membuat banyak korban sipil. Menurut Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) tercatat 953 warga sipil, termasuk 78 anak-anak, meninggal dunia sejak invasi Rusia berlangsung.
Sementara itu, ada 1.557 warga Ukraina dilaporkan terluka akibat gempuran Rusia.