Rusia dan Ukraina sama-sama mengalami kerugian baik di bidang militer maupun ekonomi sejak Moskow memutuskan invasi ke eks Uni Soviet itu pada 24 Februari lalu.
Tak lama setelah invasi, sejumlah pihak mengatakan Rusia kewalahan menghadapi perlawanan sengit Ukraina. Mereka bahkan disebut gagal mengatur satuan komando dan salah menerapkan strategi.
Berikut deret hasil dan kerugian dari peperangan Rusia vs Ukraina selama sebulan terakhir hasil rangkuman CNNIndonesia.com
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ukraina mengklaim telah berhasil membunuh lima jenderal Rusia. Beberapa pengamat menilai jenderal yang terbunuh di medan perang merupakan sesuatu yang tak biasa.
Hal itu mengindikasikan bahwa ada yang salah dengan strategi Rusia atau kompetensi komandan lapangan yang mengatur serangan di Ukraina.
Selain para jenderal, Rusia juga kehilangan ribuan personel militernya. Pada 2 Maret lalu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan 498 tentara tewas. Namun, sejauh ini belum ada perkembangan terbaru terkait kerugian sumber daya manusia dari pasukan Moskow.
Lalu pada Senin (21/3), salah satu media Rusia yang pro-pemerintah, tabloid Komsomolskaya, merilis data terbaru jumlah kematian tentara Moskow di Ukraina, yakni 9.861 personel.
"Berdasarkan Kementerian Pertahanan Rusia, selama operasi khusus di Ukraina, Angkatan Bersenjata Rusia kehilangan 9.861 personel dan 16.153 mengalami luka-luka," demikian laporan tabloid itu, dikutip CNN pada Rabu (23/3).
Tak lama setelah merilis, mereka menghapus laporan itu dan mengklaim mengalami peretesan dan pemalsuan data.
Laporan dari tabloid Komsomolskaya, tak jauh berbeda dengan dugaan Amerika Serikat yang menyebut hingga 10 ribu personel tewas.
Adapun Ukraina melaporkan 15.300 tentara Rusia tewas selama invasi.
Selain kehilangan banyak personel, Rusia juga mengalami kerugian dari persenjataan militer.
Menurut Kemenhan Ukraina per Selasa (22/2), usia kehilangan 99 pesawat, 123 helikopter, 509 tank, 252 artileri, 1.556 kendaraan lapis baja, 3 kapal, dan 1.000 kendara.
Lalu mereka juga kehilangan 70 tank bahan bakar, 35 UAV, 45 pesawat anti perang, 15 peralatan khusus, dan 80 peluncur roket.
Tindakan invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan banyak negara menjatuhkan sanksi dan memblokir negara itu dari akses keuangan.
Uni Eropa misalnya menjatuhkan empat paket sanksi ke Rusia, AS juga melakukan langkah serupa. Negara lain seperti Jepang, Kanada, Inggris, Singapura turut mengikuti langkah Washington.
Barat bahkan mengeluarkan bank-bank Rusia dari sistem keuangan Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).
SWIFT merupakan sistem yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan dunia, sehingga bank dapat transaksi bisa dilakukan dengan aman.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) juga disebut akan mencabut Rusia dari daftar negara paling disukai atau most favor nations. Imbasnya, tarif impor yang lebih tinggi akan dikenakan terhadap Rusia.
Brand-brand global menutup bisnis dan operasi mereka di Rusia. Brand itu diantaranya Apple Inc, McDonald's, IKEA, serta H&M.
Imbas isolasi yang dihadapi Rusia dari sistem keuangan global, pemerintahan Presiden Vladimir Putin terancam gagal bayar utang.
Rusia juga tak bisa mengakses cadangan emas dan valuta asing yang bernilai US$640 miliar.
Meski mengalami kerugian, Rusia berhasil menguasai sejumlah wilayah di Ukraina.
Kota-kota itu yakni Mariupol, Kherson, Melitopol, Donetsk, dan Luhansk. Rusia juga telah menduduki Semenanjung Crimea setelah mencaploknya dari Ukraina pada 2014.Namun baik Ukraina dan komunitas internasional tak mengakui aneksasi itu.
Sebelum invasi, Donetsk dan Luhansk memang wilayah yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia. Lalu sesaat sebelum operasi militer ke negara tetangganya itu, Presiden Vladimir Putin bahkan mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis Ukraina itu.
Walaupun begitu, hingga kini Rusia belum mampu menduduki Kyiv terlepas dari gempuranya sejak hari pertama invasi terhadap ibu kota.