Hingga kini masih belum jelas bagaimana atau apakah sisa-sisa tentara itu dipulangkan ke Rusia atau tidak, menyusul informasi jumlah korban yang tak pernah jelas dari Moskow.
Rusia bahkan menutup informasi soal realitas perang, termasuk akses pada jumlah korban dan kerugian dari pihaknya.
Jumlah pasti tentara Rusia yang tewas di Ukraina masih menjadi misteri. Per Senin (21/3), Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan hanya 498 personel tewas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka ini berbeda dengan laporan media Rusia pro-pemerintah, Komsomolskaya Pravda, yang secara tak sengaja menerbitkan laporan Kemhan Rusia yang menuturkan bahwa personel yang tewas di Ukraina telah mencapai 9.861 pada pekan lalu.
Namun, tak lama setelah rilis, Komsomolskaya Pravda, menghapus laporannya dan mengklaim mengalami peretasan yang memalsukan data kematian.
Akan tetapi, laporan tabloid Rusia itu sesuai dengan perkiraan Amerika Serikat dan NATO, yang menyebut korban tewas di pihak Rusia mencapai 3.000 hingga 15.000 personel.
Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, langsung mengonfirmasi yang menunjukan Rusia memang membatasi soal jumlah korban tewas.
![]() Mayat seorang prajurit Rusia terletak di dekat kendaraan militer Rusia yang hancur di pinggir jalan di pinggiran Kharkiv pada 26 Februari 2022, setelah invasi Rusia ke Ukraina. (Photo by Sergey BOBOK / AFP) |
"Sejauh menyangkut angka, kami setuju. sejak awal kami tidak membocorkan informasinya," kata dia.
Pemerintah Ukraina sejauh ini masih menunggu permintaan dari otoritas Rusia untuk memulangkan jenazah.
Wakil Perdana Menteri Ukraina mengatakan masalah pengumpulan dan identifikasi jasad tentara telah dibahas dalam pertemuan antara Perdana Menteri Denys Shmyhal dan presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Peter Maurer, pada pekan lalu.
Namun, ICRC belum mengonfirmasi apakah itu membantu Ukraina dalam mengembalikan jenazah tentara Rusia ke negara asal mereka, sesuai hukum internasional.
Terlepas dari mekanisme penanganan jenazah tentara Rusia, asumsi soal skala kerugian pasukan Rusia mulai beredar di media dalam bentuk video maupun laporan.
Pada 18 Maret lalu, layanan Belarus Radio Free Europe/Radio Liberty, organisasi media yang didanai AS, merilis foto konvoi ambulans Rusia yang tiba di rumah sakit lapangan di Belarus selatan, dekat perbatasan Ukraina. Mereka kemudian melaporkan bahwa kamar mayat di daerah itu penuh.
Lalu pada 21 Maret, The Kyiv Independent melaporkan unit tanggap darurat Ukraina menggali kubur untuk memakamkan tentara Rusia di pemakaman komunal tak bertanda di Rusaniv, sebuah desa di sebelah timur Kyiv.
Mayat-mayat itu sebelumnya hanya menumpuk begitu saja tanpa dokumen identifikasi atau ID.
Informasi yang betul-betul dibatasi Kremlin membuat media Rusia mau tak mau mengekor. Apalagi mereka punya payung hukum yang bisa mengkriminalisasi data yang berbeda dengan pemerintah.
Nihilnya informasi soal kematian tentara Rusia, membuat Ukraina mencoba mengisi kekosongan itu.
Kementerian Dalam Negeri Ukraina meluncurkan situs web, 200rf.com dan saluran Telegram untuk membantu memberi informasi kepada keluarga tentara Rusia. Mereka akan merilis serangkaian foto tentara yang tewas dan pemuda yang ditangkap, terkadang di samping kartu identitas mereka.
Inisiatif itu diluncurkan guna membantu keluarga melacak informasi tentang keluarga mereka yang menjadi tentara Rusia dan gugur di medan perang.
"Kami tak berperang melawan rakyat Rusia. Dan saya tak berpikir mereka harus menderita karena rezim mereka, yang berbohong kepada mereka dan mengatakan semuanya baik-baik saja, tidak ada yang sekarat. Ini adalah cara kami untuk memberi mereka beberapa kebenaran," kata Andrusiv.
Namun, mengidentifikasi tentara Rusia yang tewas merupakan tugas sulit. Andrusiv mengatakan hanya 30 yang ditemukan di saluran Telegram oleh kerabat mereka.
Pasukan Ukraina mengirim gambar mayat-mayat yang ditinggalkan ke Andrusiv, tetapi para korban tewas itu sering kali tidak bisa dikenali dan tak punya dokumen apa pun.
"Sangat untuk mengidentifikasi orang mati karena biasanya mereka tidak membawa dokumen. Biasanya para komandan mengambil dokumen mereka dan memasukkannya ke dalam beberapa kotak," jelas Andrusiv lagi.
Ia kemudian berkata, "Biasanya mereka mati dalam pertempuran ini, dalam penembakan. Dan Anda tidak bisa mengidentifikasi (hanya dengan kalung) metal 'dog tag', yang mana nomor mereka ditulis. Itu tak memberi kami informasi soal orang tersebut."
(isa/rds)