Kedekatan itu bahkan tercermin hingga Trump menjabat di Gedung Putih 2017-2021 lalu yang membawa relasi AS-Rusia menghangat.
Rusia juga disebut-sebut membantu Trump memenangkan pemilihan presiden 2016 lalu, hal yang terus dibantah sang taipan real estate terlepas dari berbagai fakta dan bukti yang ada.
Dalam kicauan diTwitternya pada 2013 jauh sebelum menjadi presiden AS, Trump juga pernah mengisyaratkan keinginannya untuk dekat dengan Putin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah [Putin] akan menjadi sahabat baru saya?," bunyi kicauan Trump tersebut.
Tak hanya itu, presiden Ukraina pro-Rusia yang digulingkan, Petro Poroschenko, sempat merekrut konsultan politik AS, Paul Manafort, sebelum lengser 2013 lalu. Beberapa tahun kemudian,Manafort menjadi manajer kampanye Trump di pilpres AS 2016.
Trump juga menyuarakan dukungannya terhadap pencaplokan Crimea oleh Rusia, meski langkah itu melawan kedaulatan Ukraina.
"Warga Crimea, dari yang saya dengar, memilih untuk bersama Rusia dibandingkan posisi mereka sekarang," kata Trump dalam ABC News pada Juli 2016. Pendapat ini juga menjadi pembenaran Putin atas pencaplokan Crimea.
Trump bahkan sempat berniat membangun menara gedung Trump Tower di Moskow bahkan saat dia mencalonkan diri sebagai presiden.
Selain itu, Trump pun sempat mengusulkan agar Rusia masuk ke kelompok G7, organisasi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Namun, usulan ini tak disambut baik oleh negara G7 lainnya.
Tak hanya itu, Trump pernah dikabarkan menolak menerapkan sanksi kepada Rusia.
"Dalam hampir semua kasus, sanksi yang diterapkan dikomplain oleh Trump dan mengatakan bahwa kita terlalu keras," kata mantan penasihat keamanan nasional Trump, John Bolton.
Bolton juga pernah menyampaikan Putin sempat berpikir Trump mungkin bisa membuat AS keluar dari NATO. Namun, Trump malah kalah dari Presiden Joe Biden pada pemilu 2020.
Menurut mantan Wakil Menteri Pertahanan AS, Michele Flournoy, keluarnya Washington dari NATO merupakan salah satu 'kesuksesan terliar' yang diinginkan Putin.
Trump juga pernah melindungi Rusia dari celaan akibat sejumlah masalah, salah satunya tuduhan Moskow ikut campur dalam pilpres AS 2016. Menggemakan propaganda Rusia, Trump memimpin beberapa pengikut Republik dengan menuduh Ukraina lah yang mencampuri pemilu AS pada 2016, bukan Moskow.
"Ini adalah narasi fiksi yang dibuat dan disebarkan oleh layanan keamanan Rusia sendiri," kata Fiona Hill, yang sempat mengarahkan kebijakan Rusia di Dewan Keamanan Nasional AS saat Trump memimpin.
(pwn/rds)