ANALISIS

Kenapa Gempuran Rusia Melemah di Ukraina Tengah dan Ibu Kota Kyiv?

CNN Indonesia
Kamis, 31 Mar 2022 08:14 WIB
Sebulan lebih invasi berlangsung, gempuran tentara Rusia dilaporkan terus melemah di sejumlah titik di Ukraina tengah. Apa penyebabnya?
Sebulan lebih invasi berlangsung, gempuran tentara Rusia dilaporkan terus melemah di sejumlah titik. (Foto: AFP/ANATOLII STEPANOV)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebulan setelah invasi berlangsung, gempuran dan pergerakan tentara Rusia di Ukraina dilaporkan mulai melemah di sejumlah titik.

Ukraina mengklaim pasukan Rusia mulai kekurangan logistik hingga makanan. Intelijen Barat bahkan menganggap pasukan Rusia di Ukraina melancarkan operasi militer seperti tanpa komando dan koordinasi jelas antar-unitnya.

Konvoi kendaraan militer Rusia sepanjang puluhan kilometer menuju Kota Kyiv juga beberapa kali dikabarkan terhenti, bahkan dibubarkan sebagian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, di awal invasi, tentara Rusia dengan agresif membombardir Ibu Kota Kyiv habis-habisan. Namun, menginjak hari ke-36 invasi pada Kamis (31/3), Rusia masih belum juga bisa menerobos benteng pertahanan pasukan Ukraina dan menduduki Kyiv.

Apa penyebab gempuran pasukan Rusia mulai melemah di Ukraina tengah?

Fokus Gempur Timur Ukraina

Baru-baru ini, Rusia mengklaim fase pertama perang di Ukraina sudah selesai. Moskow menyatakan agresinya akan mulai terfokus pada tujuan utama yakni melancarkan operasi militer di timur negara eks Uni Soviet itu, terutama di Donbas.

Salah satu tanda pasukan Rusia mulai memble di Ukraina tengah yakni pencabutan jam malam di Kyiv yang diterapkan pemerintah ibu kota Ukraina itu sejak invasi berlangsung.

Pencabutan jam malam ini diartikan bahwa situasi dan kondisi di Kyiv kemungkinan sudah "cukup aman" dari gempuran Rusia.

Pasukan Ukraina pun mulai melancarkan serangan balasan ke Rusia di dekat Kyiv hingga berhasil merebut sejumlah wilayah di sekeliling ibu kota yang sebelumnya terkempung, salah satunya distrik Lukyanovka di timur Kyiv.

Hal itu diperkuat dengan pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia pekan lalu yang mengumumkan kota-kota seperti Chernihiv, Mykolaiv, dan ibu kota Kyiv, bukan lagi tujuan utama mereka.

Pernyataan itu muncul usai Rusia mengklaim fase I perang sudah selesai.

"Saat ini, unit individu menjalankan tugas mereka dan selesai dengan sukses, kekuatan dan sarana kami akan fokus pada hal utama: pembebasan Donbas sepenuhnya," kata komandan militer Rusia, Sergei Rudskoi dikutip New York Times.

Wilayah Donbas itu meliputi Luhansk dan Donetsk yang selama ini dikuasai kelompok separatis pro-Rusia. Pemimpin separatis di dua wilayah itu bahkan telah mendeklarasikan keinginan untuk bergabung dengan Rusia.

Presiden Vladimir Putin bahkan telah mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk beberapa hari sebelum melancarkan invasinya ke Ukraina.

Selain Donbas, Rusia juga masih terus menggempur kota pelabuhan Mariupol di tenggara Ukraina. 

Kepala Pusat Keunggulan Jurnalisme Ekonomi di Kyiv School of Economics, Andrii Ianitskyi, mengatakan jatuhnya kota Mariupol merupakan kemenangan simbolis bagi Rusia.

Menurutnya, kota itu bisa membantu Rusia menguasai jalur darat dari Donbas ke Krimea. Terlebih, dengan statusnya yang merupakan kota pelabuhan besar sekaligus pangkalan angkatan bersenjata Ukraina.

Mariupol terletak di antara Donetsk dan Luhansk. Dengan menguasai Mariupol, maka Rusia dapat dengan leluasa mengendalikan wilayah-wilayah yang berada di bawah kuasanya.

Meski begitu, Amerika Serikat percaya Rusia masih berupaya menduduki Ibu Kota Kyiv meski telah mengubah strategi dan fokus utama invasi. 

Menurut Juru Bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, John Kirby, mayoritas pasukan Rusia di sekitar Kyiv akan tetap berada di lokasi itu.

"Kami hanya melihat sedikit jumlah yang mulai berpindah dari Kyiv, sebagian di utara. Rusia telah gagal menguasai Kyiv. Itu bukan berarti tak ada ancaman ke Kyiv lagi," kata Kirby dikutip AFP.

Militer Ukraina juga memperingatkan penarikan pasukan Rusia di sekitar Kyiv dan Chernihiv kemungkinan hanya berotasi, alih-alih berpindah.

Kyiv menilai memang ada pergerakan penarikan unit militer Rusia dan persenjataan tertentu ke wilayah Belarus. Namun, bukan berarti serangan berhenti dan tak ada lagi korban berjatuhan.

Berbagai ledakan pun masih terjadi di kota-kota lain, termasuk Kyiv, meski Rusia mengklaim akan mengurangi serangan di ibu kota dan Chernihiv.

"Ada ledakan di Chernihiv, ada ledakan di Khmelnytsky. Di Kyiv beberapa roket menghantam ibu kota," ujar Penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina, Vadym Denysenko, dikutip CNN pada Rabu (30/3).

Sehari setelah janji Rusia mengurangi gempuran di Ukraina, sirine di kota-kota Ukraina juga masih meraung. Tanda ini biasanya digunakan sebagai simbol munculnya serangan atau hal-hal yang menimbulkan bahaya.

"Ada sirene yang meraung di negara ini sepanjang malam. Faktanya, tak ada wilayah yang senyap dari sirene," kata Denysenko.

Secara khusus sirene itu meraung di sekitar Kyiv dan Donbas.

Selain di wilayah tersebut, Irpin juga hancur lebur usai klaim deeskalasi Rusia, demikian menurut video baru yang dirilis lembaga non pemerintah Ukraina.

Berlanjut ke halaman berikutnya >>>

Alasan Gempuran Rusia Melemah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER