Pada 1950, Khomeini diakui sebagai ayatullah, yang ada sebutan bagi pemuka agama besar. Tak hanya itu, ia mendapatkan gelar ayatollah agung pada 1960. Ini membuatnya menjadi salah satu pemimpin agama tertinggi dalam komunitas syiah di Iran.
Pada pertengahan 1970-an, pengaruh Khomeini di Iran meningkat pesat, mengingat ketidakpuasan publik terhadap rezim shah [raja] di Iran. Penguasa Iran kala itu, Saddam Hussein, memaksa Khomeini meninggalkan Iran pada 6 Oktober 1978.
Setelah diusir, Khomeini menetap di Neauphle-le-Château, pinggiran Paris. Dari sana, pendukung Khomeini mengirimkan pesan yang direkam di tape, membuat masyarakat Iran semakin 'garang' menolak rezim kerajaan di negara itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat Iran kemudian melakukan demonstrasi massal dan kerusuhan sipil pada akhir 1978. Akhirnya, kepemimpinan shah di Iran digulingkan pada 16 Januari 1979, dikutip dari Britannica.
Khomeini kemudian tiba di Teheran pada 1 Februari 1979 dan diakui sebagai pemimpin agama dari revolusi Iran. Ia lalu mengumumkan formasi pemerintahan baru Iran empat hari kemudian, dan pada 11 Februari militer Iran mendeklarasikan netralitas mereka.
Tak hanya itu, referendum nasional pada April tahun itu menunjukkan banyaknya dukungan terhadap institusi republik Islam. Konstitusi dari republik Islam kemudian disetujui pada Desember.
Khomeini dinamai sebagai rahbar, pemimpin politik dan agama Iran seumur hidup.
(bac)