Sementara itu, pasukan Chechen loyalis Kadyrov dikenal kejam, terutama ketika ikut operasi militer Rusia di Suriah dan Ukraina.
Chechnya, yang kini dipimpin Kadyrov, menjadi salah satu lubang hitam kejahatan hak asasi manusia.
Sebagaimana dilansir The Guardian, Kadyrov menggunakan uang Rusia untuk membangun negaranya yang hancur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pasukan loyalisnya kerap menangkap orang tanpa proses hukum. Beberapa kelompok yang menjadi 'incaran' antara lain terduga militan, pengkritik pemerintah, orang yang memiliki 'model' janggut salah, dan orang yang diduga gay.
Banyak testimoni yang mengatakan pasukan Chechen pro-Kadyrov melakukan penyiksaan, bahkan pembunuhan.
Lihat Juga :![]() TOKOH ISLAM INTERNASIONAL Zakir Naik, Antara Kontroversi Dakwah dan Klaim Pembela Islam |
Sebut saja kasus Zelimkhan Khangoshvili, mantan komandan separatis Chechnya yang ditembak mati di Berlin pada 2019.
Saat Khangoshvili meninggalkan rumah untuk pergi ke masjid di Berlin, seorang pria menembaknya sebanyak dua kali. Ia langsung meninggal dunia.
Sementara itu, terduga pembunuhnya memiliki paspor Rusia dengan identitas palsu. Ini menimbulkan spekulasi bahwa Khangoshvili dibunuh oleh pasukan Rusia atau pasukan Chechen pro-Kadyrov.
Sebelumnya, mantan ajudan Kadyrov, Umar Israilov, ditembak mati di Wina pada 2009. Ia dibunuh setelah sempat mengaku pernah disiksa oleh pemimpin Chechnya tersebut.
Kondisi yang terjadi di Ukraina saat ini disebut mirip dengan apa yang terjadi di Chechnya pada 1990-an.
Sebagaimana diberitakan NPR, pergolakan di Chechnya terjadi selama dua abad. Namun, titik penting status Chechnya terjadi kala Uni Soviet runtuh pada 1991.
Setelah Soviet runtuh, Rusia dan Chechnya mengalami ketegangan. Ketegangan ini berujung pada invasi Rusia di negara itu.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Polemik Undang Putin di G20 hingga Rusia Tuduh Ukraina Ganti Tuntutan |
Rusia menyerang Chechnya dengan serangan udara dan artileri berat. Ribuan pasukan dan puluhan ribu warga sipil tewas dalam perang ini.
Ibu kota Chechnya, Grozny, hancur berantakan. Kota itu menghadapi serangan bom parah dari pihak Rusia.
Namun, Rusia kalah dan Presiden Boris Yeltsin menandatangani perjanjian damai dengan Chechen pada 1996.
Tiga tahun kemudian, Putin kembali menyerang Chechnya. Berbeda dengan yang pertama, serangan Putin efektif. Chechnya berhasil dikuasai Rusia hanya dalam beberapa bulan.
Setelahnya, Putin menempatkan Akhmad Kadyrov, pemberontak Chechen yang berpindah haluan, menjadi pemimpin negara itu.
Nahas, Kadyrov terbunuh pada 2004 dan digantikan oleh anaknya, Ramzan Kadyrov.
(pwn/bac)