Abbas juga dikritik karena dinilai terlalu otoriter. Ia mulai memerintah Tepi Barat dengan dekrit presiden pada 2007.
Namun, saat kepemimpinannya selesai pada 2009, Abbas mengklaim ia berwenang memerintah untuk setahun lagi, sampai pada pemilihan legislatif diselenggarakan.
Meski demikian, pemilihan itu ditunda dan Abbas tetap menjadi presiden setelah masa jabatannya berakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Mahathir Nilai Malaysia Disalip RI hingga Putin Dekati Palestina |
Walaupun begitu, Abbas memperjuangkan pengakuan internasional akan Palestina. Pada September 2011, ia memberikan permohonan kepada Dewan Keamanan PBB terkait masuknya Palestina ke badan tersebut. Upaya ini ditolak Israel dan Amerika Serikat.
Namun, Abbas berusaha mendapatkan pengakuan implisit dari PBB, dengan cara menjadikan Palestina sebagai 'negara berstatus bukan anggota, tetapi pengamat.'
Lewat resolusi, status Palestina ini berhasil diraih Abbas pada 29 November 2012. Sebanyak 138 negara mendukung Palestina, sembilan menolak, dan 41 negara abstain.
Resolusi ini juga mendesak Israel dan Palestina untuk kembali membicarakan solusi dua negara, yang selama ini mandek.
Sementara itu, pejabat Israel menentang upaya Abbas untuk mendapatkan pengakuan Palestina. Mereka menyampaikan tindakan tersebut dapat menghambat negosiasi keduanya.
Pada September 2015, Abbas mengumumkan Palestina tak lagi terikat dalam Kesepakatan Oslo, sembari menuding Israel sering melanggar kesepakatan. Pengumuman ini disampaikan dalam pidato kepada Majelis Umum PBB.
Abbas juga masuk dalam daftar 500 tokoh Muslim paling berpengaruh di dunia per 2022.
Selain itu, Abbas dikenal sebagai tokoh intelektual dan pragmatis.
Abbas juga ikut andil dalam keputusan Dewan Nasional Palestina, yang setuju bekerja sama dengan kelompok perdamaian Israel.
Selain itu, Abbas menulis berbagai buku dan menikah dengan Amina Abbas. Pasangan tersebut memiliki tiga anak laki-laki.
(pwn/bac)