Mahmoud Abbas merupakan tokoh dan politikus ternama Palestina. Ia sempat menjabat sebagai Perdana Menteri Palestina pada 2003 dan menjadi presiden pada 2005.
Sebagaimana dilansir Britannica, Abbas merupakan anggota dari gerakan Fatah. Ia juga terus menyuarakan solusi dua negara untuk mendamaikan Israel dan Palestina.
Lihat Juga :![]() TOKOH ISLAM INTERNASIONAL Pangeran MbS, Putra Mahkota Saudi yang Penuh Misteri tapi Idola di RI |
Abbas lahir di Kota Safed, Palestina, yang kini merupakan wilayah Israel. Namun, ia dan keluarganya pergi ke Suriah pada 1968 akibat perang Arab-Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski berstatus sebagai pengungsi, Abbas bisa meraih gelar hukum di Universitas Damascus.
Pada 1950-an, Abbas berhasil menjadi pegawai negeri Qatar dan mulai membangun jejaring individu dan kelompok Palestina.
Pada 1961, Abbas direkrut oleh Yasser Arafat untuk menjadi bagian dari Fatah, yang menjadi pelopor perjuangan bersenjata Palestina dan mendominasi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Abbas merupakan tokoh penting dalam pembentukan Kesepakatan Oslo, yang ditandatangani Arafat dan Perdana Menteri Israel, Yitzhak Rabin, pada 1993.
Lihat Juga :![]() TOKOH ISLAM INTERNASIONAL Zakir Naik, Antara Kontroversi Dakwah dan Klaim Pembela Islam |
Kesepakatan itu membuat Israel dan Palestina saling mengakui satu sama lain, dengan Israel menyerahkan beberapa fungsi pemerintahan ke Palestina.
Setelah Arafat meninggal dunia pada 2004, Abbas diangkat sebagai pemimpin PLO. Pada Januari 2005, Abbas mengemban tanggung jawab sebagai presiden Palestina.
Namun, pemerintahan Abbas harus berhadapan dengan perpecahan di dalam Palestina setelah kandidat yang didukung Hamas, militan Islam di negara itu, mendapatkan kursi legislatif pada 2006.
Pada 2007, Hamas berhasil menguasai Jalur Gaza, sementara Abbas mengambil alih Tepi Barat dengan dekrit presiden.
Di tengah tensi bersama Hamas, Abbas menuai kritik karena mengabaikan Jalur Gaza. Dalam konflik antara Israel dan Hamas di Gaza pada 2008, Abbas dinilai lambat mengecam serangan Israel, tetapi cepat menyalahkan Hamas atas perang mereka di konflik itu.