Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) dilaporkan pernah membentak penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, saat ditanyai kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Insiden ini terjadi kala keduanya bertemu di kediaman Pangeran MbS pada September 2021.
Sebagaimana diberitakan The Wall Street Journal, Pangeran MbS disebut membentak Sullivan setelah ia menyinggung pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018, seperti dikutip dari Middle East Monitor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pangeran mengatakan kepada Sullivan bahwa ia tak mau membahas masalah itu lagi," lanjut laporan dari The Wall Street Journal.
Informasi ini didapatkan The Wall Street Journal dari beberapa sumber yang familiar dengan isu tersebut.
Meski dilanda masalah, sumber itu mengatakan Amerika Serikat tidak melupakan permintaan mereka akan peningkatan produksi minyak.
Secara tak langsung, insiden tersebut menggarisbawahi rusaknya hubungan antara AS dan Arab Saudi sejak MbS menjabat sebagai Putra Mahkota pada 2017.
Presiden AS saat ini, Joe Biden, dinilai mengambil sikap yang lebih keras terkait pelanggaran hak asasi manusia Arab Saudi dan perang Yaman. Saudi sendiri memimpin koalisi untuk perang tersebut sejak Maret 2015.
Sementara itu, sikap MbS seolaj memperlihatkan kerusakan hubungan Riyadh dan Washington pada bulan lalu kala diwawancara The Atlantic.
Dalam wawancara tersebut, MbS memperingatkan AS agar tak ikut campur dengan urusan dalam negeri Saudi.
Kala ditanya kemungkinan Biden salah menganggap sosoknya, MbS mengatakan, "Mudahnya, saya tidak peduli. [Terserah Biden] untuk memikirkan kepentingan Amerika."
Sementara itu, pengamat rezim pro-Saudi, Ali Shihabi, mengakui tensi yang terjadi antara kedua negara. Namun, ia membantah kalau tensi itu muncul karena Saudi mendesak Biden sebagai penerus kerajaan.
"Ada tensi di antara AS dan Saudi, tetapi permintaan pengakuan oleh Biden terhadap klaim [MbS] untuk meneruskan takhta bukanlah salah satunya," cuit Shihabi dalam pernyataan Twitter.
"[MbS] adalah penerus yang ditunjuk secara resmi, yang akan meneruskan takhta dan AS tidak memiliki kewenangan apapun terkait itu," lanjutnya.