6 Tahun Mandek, Rencana Penerbangan Komersial Pertama Yaman Ditunda
Penerbangan komersial pertama dari ibu kota Yaman, Sanaa yang berhenti selama enam tahun terakhir akibat dikuasai pemberontak, harus ditunda tanpa batas waktu.
Menurut maskapai penerbangan Yaman, Yemenia, hal ini disebabkan pihak maskapai gagal mendapat izin dari koalisi yang dipimpin Arab Saudi.
Dilansir AFP, Minggu (24/4), maskapai penerbangan Yaman, Yemenia, mulai beroperasi di Bandara Sanaa, Yaman.
Pesawat mereka sebenarnya akan membawa penumpang yang membutuhkan perawatan medis dari Sanaa ke ibu kota Yordania, Amman. Ini merupakan bagian dari gencatan senjata selama dua bulan yang mulai berlaku pada awal April lalu.
Tetapi beberapa jam sebelum penerbangan, maskapai mengatakan di halaman Facebook-nya bahwa mereka "belum menerima izin operasi."
Mereka juga menyatakan "penyesalan yang mendalam kepada para pelancong karena tidak diizinkan untuk mengoperasikan penerbangan yang telah lama ditunggu-tunggu".
Pihak maskapai menambahkan bahwa pihaknya berharap "semua masalah akan teratasi dalam waktu dekat". Mereka belum dapatkan informasi lebih lanjut terkait tanggal pengoperasian rute.
Salah satu penumpang mengatakan kepada AFP bahwa dia telah menerima telepon dari maskapai Yemenia yang memintanya untuk tidak pergi ke bandara.
Seorang manajer Yemenia juga mengatakan kepada AFP bahwa "izin dari koalisi tidak datang."
Sementara itu, koalisi militer yang menguasai wilayah udara Yaman belum bereaksi atas kejadian ini.
Seperti yang diketahui, Bandara Sanaa telah berhenti beroperasi selama enam tahun akibat diambil alih oleh pemberotak Huthi.
Bandara itu telah ditutup untuk lalu lintas komersial sejak Agustus 2016 ketika serangan udara berkecamuk di negara itu.
Meskipun demikian, penerbangan yang membawa bantuan terus mendarat di Sanaa secara berkala.
Kelompok kemanusiaan CARE dan Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan bahwa penghentian penerbangan komersil itu telah mencegah, 'ribuan warga sipil Yaman yang sakit dan mencari perawatan medis luar negeri.'
Tak hanya itu, mereka juga mencatat kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai miliaran akibat penutupan itu.
Sementara itu, penerbangan harian dari Aden (selatan) dan Seiyun (tengah) yang dikontrol pemerintah Yaman masih melayani rute dalam negeri dan menghubungkan Yaman ke negara-negara lain di wilayah tersebut.
(nel/chs)