Salman bin Abdulaziz menjadi raja Arab Saudi pada 2015, di usianya yang ke-79 setelah Raja Abdullah meninggal. Selama memimpin, ia mengemban amanah yang sulit yakni menjaga relasi dengan Amerika Serikat saat konflik di timur tengah mencuat.
Meskipun usianya sudah terbilang senja, ia bukanlah yang terakhir di Kerajaan. Namun, beberapa pihak khawatir karena Raja Salman sempat menjadi putra mahkota setelah dua pangeran sebelumnya meninggal.
Kemungkinan putra mahkota meninggal dalam waktu cepat saat generasi mereka menua menimbulkan kekhawatiran akan krisis suksesi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, banyak pihak yang khawatir soal stabilitas Kerajaan di masa mendatang lantaran kondisi dia yang tak prima. Raja Salman dilaporkan menderita masalah kesehatan kronis.
Hingga kini pun, kesehatan Raja Salman terus dipantau otoritas Kerajaan mengingat dia pemegang kekuasaan di Saudi. Tapi, pada 2017 lalu, ia telah menunjuk putranya, Mohammed bin Salman, untuk menjalankan pemerintahan dan telah memberi wewenang untuk memimpin urusan sehari-hari.
Selama memimpin, Raja Salman punya tugas berat salah satunya mempertahankan hubungan dengan beberapa negara sekutu termasuk Amerika Serikat, demikian dikutip Britannica.
Mau tak mau, ia harus menjaga stabilitas negara di tengah perang Irak-Suriah serta perseteruan Kerajaan dengan kekuatan Iran dan ancaman Al Qaida di Yaman.
Namun, Raja Salman bukanlah sosok yang mudah didikte. Duta Besar AS untuk Arab Saudi, Robert Jordan, menilai Salman bukan sosok yang mudah didikte. Hal tersebut tercermin saat ia menerima laporan terdapat 15 warga Saudi yang terlibat dalam serangan 11 September (11/9).
Lihat Juga :![]() TOKOH ISLAM INTERNASIONAL Pangeran MbS, Putra Mahkota Saudi yang Penuh Misteri tapi Idola di RI |
"Dia tidak bisa menerima bulat-bulat apapun yang disampaikan Amerika Serikat, namun di waktu yang sama, dia mengerti pentingnya hubungan kedua negara, yang bukan hanya soal minyak," ujar Jordan pada 2007 lalu.
Sebelum didapuk menjadi raja, Salman menjabat sebagai Gubernur Riyadh selama 48 tahun. Ia memimpin wilayah ini di masa-masa sulit, sebab Riyadh masih terisolasi dengan guru pasir.
Dia memainkan peran utama dalam menarik proyek modal dan investasi asing ke negaranya dan meningkatkan hubungan politik dan ekonomi dengan Barat. Dia membangun reputasi yang kuat karena memiliki administrasi yang efisien dan bebas korupsi.
Salman kemudian mengubahnya menjadi kota modern seperti sekarang.
Ia juga pernah menjadi menteri pertahanan pada 2011. Salman juga menjadi kepala militer saat Saudi bergabung dengan Amerika Serikat dalam serangan Suriah untuk menghancurkan ISIS pada 2014 lalu.
Lalu pada 2012, Raja Saudi sebelumnya, Abdullah bin Abdulaziz menunjuk Raja Salman dmenjadi Putra Mahkota Arab Saudi sekaligus Wakil Perdana Menteri setelah kematian Putra Mahkota Nayef bin Abdulaziz.
Lihat Juga :![]() TOKOH ISLAM INTERNASIONAL Imam Masjidil Haram Syekh Sudais dan Polemik Normalisasi Saudi-Israel |
Kemudian pada 2014, Salman meluncurkan kampanye pengeboman koalisi sembilan negara terhadap pemberontak Houthi di Yaman.
Kampanye itu disebut-sebut untuk mengurangi pengaruh Iran di Yaman. Di sisi lain, banyak pihak yang tak setuju lantaran tindakan itu telah menodai reputasi Saudi di mata global karena terus membom negara termiskin di dunia.
Konflik menjadi lebih rumit ketika retakan muncul dalam koalisi, terutama dengan UEA, yang mendukung faksi baru.
Di internal Saudi, Raja Salman telah membawa perubahan yang berdampak bagi masyarakat. Di antaranya memungkinkan perempuan di Arab Saudi bergerak bebas dan mengemudi, dan promosi bioskop dan menggelar konser musik, jelas laporan The Muslim 500.
Lihat Juga :![]() TOKOH ISLAM INTERNASIONAL Zakir Naik, Antara Kontroversi Dakwah dan Klaim Pembela Islam |
Raja Salman lahir di Riyadh pada 31 Desember 1935. Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Pangeran di Riyadh.
Menurut laporan, Saudi Embassy, sejak 1956, Raja Salman telah memimpin berbagai komite dan layanan kemanusiaan yang memberikan bantuan ke korban bencana alam.
Untuk jasa kemanusiaannya itu, ia diganjar dengan banyak medali dan penghargaan dari berbagai negara mulai dari Bahrain hingga Filipina serta Perserikatan Bangsa-Bangsa.