Turki berharap pertemuan antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, bisa berlangsung dalam beberapa hari ini, meskipun banyak kesulitan.
Hal tersebut diungkap Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar, menyusul pertemuan yang membahas soal bantuan militer ke Ukraina di Pangkalan Udara Jerman pada Rabu (27/4).
"Kami berharap, meskipun ada beberapa kesulitan, dua pemimpin akan bisa menggelar pertemuan dalam beberapa hari ke depan berkat usulan presiden kami [Recep Tayyip Erdogan]," kata Akar TASS pada Rabu (27/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia kemudian melanjutkan, "Turki terus berkontribusi, untuk melakukan apa saja yang diperlukan, termasuk memainkan peran mediasi. Dengan demikian, situasi kemanusiaan di Ukraina tak memburuk dan gencatan senjata tercapai secepat mungkin."
Turki rutin menyampaikan keinginannya untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara Putin dan Zelensky.
Sementara itu, Moskow berulang kali merespons Putin tak pernah menolak bertemu Zelensky, namun pihaknya perlu menyiapkan dokumen soal Ukraina.
Turki tercatat beberapa kali menjadi tuan rumah negosiasi antar kedua negara ini. Pada akhir Maret lalu, negosiasi Rusia-Ukraina berlangsung di Istanbul.
Hasil pertemuan itu di antaranya kemungkinan pertemuan antar presiden, Ukraina siap berstatus netral dan non nuklir, serta perundingan lebih lanjut status Crimea selama 15 tahun. Negosiasi soal jaminan keamanan Ukraina dan gencatan senjata juga sempat dibahas di Istanbul.
Kemudian awal Maret lalu, pertemuan antar Menteri Luar Negeri Ukraina dan Rusia juga berlangsung di Turki, tepatnya di Antalya.
Sebetulnya, kedua negara ini sudah berulang kali menggelar negosiasi. Namun, sejauh ini tak ada hasil yang signifikan. Ledakan terus terjadi dan pertempuran tetap berkecamuk.
Belakangan ini, Rusia mengintensifkan serangan di Ukraina timur, terutama Donbas dan Mariupol. Sejumlah pihak bahkan menyebut situasi di Mariupol jauh dari kata manusiawi. Penduduk tak bisa mengakses air, makanan, obat-obatan bahkan udara yang bersih.
Pihak Ukraina menyebut tindakan Rusia di wilayah itu sebagai perang fase dua.