Pasukan muslim Chechen loyalis Ramzan Kadyrov membantu Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam melangsungkan operasi militer khusus di Ukraina saat ini.
Kadyrov sendiri merupakan pemimpin Chechnya yang adalah salah satu sekutu setia Putin. Namun, apakah hubungan Putin dengan muslim Chechen memang 'semesra' itu sejak awal?
Mengutip Britannica, Rusia sempat menginvasi Chechnya pada 1994. Rusia juga menguasai Ibu Kota Grozny pada Maret 1995 meski pemberontakan gerilya wilayah itu berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun begitu, konflik bersenjata di Chechnya kala itu diselesaikan dengan kesepakatan damai pada Mei 1997. Kesepakatan itu ditandatangani oleh mantan Presiden Rusia, Boris Yeltsin, dan pemimpin gerilyawan Chechnya, Aslan Maskhadov.
Namun, pasukan Rusia kembali menyerbu Chechnya pada 1999. Kala itu, Putin yang menjabat sebagai Perdana Menteri Rusia, menyalahkan separatis Chechen atas pengeboman yang membunuh sejumlah warga sipil Rusia.
Akibatnya, perang antara Chechen dan Rusia kembali pecah.
Pada Oktober 2002, kelompok militan Chechen bahkan sempat menguasai satu teater di Moskow dan menjadikan hampir 700 penonton sebagai tawanan.
Imbas konflik ini, Rusia memutuskan meluncurkan operasi militer khusus di Chechnya dan berhasil menguasai daerah itu.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Neraka Azov vs Chechen di Mariupol hingga Turki Buka Suara soal NATO |
Mengutip NPR, Putin menempatkan pemimpin pro-Kremlin, Akhmad Kadyrov, untuk menguatkan cengkeraman Rusia di wilayah itu.
Namun, Akhmad dibunuh pada 2004 dan digantikan oleh anaknya, Ramzan Kadyrov, yang kini memerintah Chechnya.
(pwn/bac)