Seorang pemilih dari provinsi Rizal, Reian Azcune, menilai Marcos Jr merupakan "orang yang memiliki hati."
"Dalam seluruh kampanye dan demo yang ia lakukan, ia tidak pernah mencemooh orang lain, atau ia tidak pernah memfitnah siapapun," kata Azcune, dikutip dari Time.
"Seorang pemimpin hebat tidak perlu mempengaruhi orang lain dengan kebencian," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walaupun begitu, data dari Amnesty Internasional menunjukkan bahwa sekitar 70 ribu 'musuh negara' ditangkap kala pemerintah Marcos Sr. Sebanyak 34 ribu orang disiksa dan lebih dari tiga ribu orang dibunuh.
Tak hanya itu, sejumlah media independen ditutup. Represi ini berlangsung selama sembilan tahun.
Bahkan, keluarga Marcos pernah dituduh mencuri kas negara hingga US$10 miliar (Rp145 triliun). Namun, keluarga Marcos membantah klaim tersebut, meski pihak berwenang telah menyimpan sekitar US$3,3 miliar (Rp47 triliun) kekayaan tak jelas dinasti itu.
Tak ingin dicap sama seperti sang ayah, Marcos Jr yang dikenal dengan sapaan Bongbong berupaya menenangkan publik yang ragu usai ia diprediksi menang pilpres. Ia meminta publik tak menilainya dari masa lalu kelam keluarganya.
"Jangan nilai saya dari leluhur saya, tapi dari tindakan saya," ujar Bongbong melalui pernyataan yang dirilis juru bicaranya, Vic Rodriguez, seperti dilansir Reuters, Selasa (10/5).
Rodriguez merilis pernyataan ini ketika Bongbong diduga kuat bakal memenangkan pilpres Filipina setelah proses hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan keunggulan telak anak mantan diktator tersebut.
Meski hasil resmi diperkirakan baru keluar akhir bulan ini, Bongbong dan timnya sudah mulai merayakan kemenangan tersebut.
"Ini merupakan kemenangan bagi seluruh rakyat Filipina, dan untuk demokrasi," tutur Rodriguez.