5 Fakta Finlandia Resmi Ajukan Diri Jadi Anggota NATO

tim | CNN Indonesia
Senin, 16 Mei 2022 15:52 WIB
Presiden Sauli Niinisto telah resmi mengumumkan bahwa Finlandia akan mendaftarkan diri menjadi anggota aliansi pertahanan NATO. (AFP/Alessandro Rampazzo)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Finlandia, Sauli Niinisto, kemarin telah resmi menyatakan negaranya bakal mendaftarkan diri menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

"Hari ini, kami, presiden dan komite kebijakan pemerintah luar negeri, bersama-sama memutuskan bahwa Finlandia bakal mengajukan diri menjadi anggota NATO," kata Niinisto di istana kepresidenan di Helsinki, dikutip dari Reuters.

Finlandia berbatasan langsung dengan Rusia sepanjang lebih dari 1.300 kilometer. Sejak Perang Dunia II, Finlandia merupakan negara netral dan non-blok. Mereka seringkali tak ingin memprovokasi Rusia.

Namun, keputusan Presiden Vladimir Putin untuk menginvasi Ukraina mengubah kedudukan Finlandia, membuat negara itu berpikir bergabung ke NATO merupakan cara terbaik untuk menjaga pertahanannya.

Berikut merupakan fakta-fakta bergabungnya Finlandia ke NATO:

1. Presiden Finlandia Telepon Putin Sebelum Mengumumkan Bergabung ke NATO

Niinisto mengatakan bahwa ia sempat menelepon Putin untuk mengabarkan rencana Finlandia bergabung ke NATO, Sabtu (14/5). Dalam perbincangan tersebut, Putin mengatakan tindakan Finlandia dapat menyakiti hubungan keduanya.

"Saya, atau Finlandia, tidak dikenal sebagai sosok yang bermain di belakang dan diam-diam menghilang. Lebih baik mengatakannya secara jelas, itu adalah yang ingin saya dan pihak yang terlibat inginkan," kata Niinisto.

Namun, Putin sempat mengatakan langkah Finlandia bergabung ke NATO adalah kesalahan, ujar Niinisto.

2. Langkah Finlandia Gabung NATO Tak Didukung Turki

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, kaget saat mengetahui Finlandia dan Swedia mencoba bergabung ke NATO. Ia mengatakan bahwa Turki tak mungkin mendukung perluasan aliansi tersebut karena kedua negara itu dinilai merupakan "rumah bagi banyak organisasi teroris," Jumat (13/5).

Walaupun demikian, juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan bahwa negaranya ingin bernegosiasi dengan dua negara Nordik tersebut.

"Kami tidak menutup pintu. Namun kami pada dasarnya hanya mengangkat isu ini sebagai bagian dari kekhawatiran keamanan nasional Turki," kata Kalin, dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Turki sendiri telah mengkritik Swedia dan beberapa negara Eropa lain terkait perlakuan mereka kepada organisasi yang dicap teroris oleh Istanbul, termasuk pengikut ulama Islam Fetullah Gulen yang berbasis di Amerika Serikat.

3. Dukungan Warga Finlandia Untuk Bergabung ke NATO Meningkat

Sejak invasi Rusia di Ukraina pada Februari lalu, dukungan masyarakat Finlandia pada rencana bergabungn dengan NATO semakin meningkat. Dalam beberapa jajak pendapat, jumlah pendukung kebijakan tersebut meningkat dari 30 persen hingga 80 persen.

4. Memiliki Perbatasan Panjang dengan Rusia

Finlandia merupakan salah satu negara yang memiliki perbatasan darat panjang dengan Rusia. Perbatasan keduanya mencapai 1.300 kilometer.

5. Tinggalkan Netralitas Demi 'Selamat'

Finlandia rela meninggalkan status netral mereka yang diemban sejak lama demi memperkuat pertahanan.

"Pertahanan Finlandia selalu berdasarkan pada dua konsep, pertama geografi dan sejarah, kedua idealisme dan realisme," kata mantan Perdana Menteri Finlandia, Alexander Stubb.

"Dalam kasus ideal kami mau bekerja sama dengan Rusia, yang tak bisa kami hindari, mengingat kami adalah tetangga. Namun, kami tahu berdasarkan sejarah bahwa ancaman realistis terbesar atas keamanan nasional kami adalah Rusia. Dalam beberapa waktu, kenyataan bahwa Rusia lebih sering membuat kekacauan di wilayah kami semakin jelas, jadi bergabung dengan NATO merupakan opsi pragmatis," lanjutnya.

Secara historis, Finlandia mencoba mengatasi dua sisi realita itu dengan menuruti kemauan Rusia. Namun, di sisi lain mereka juga memperketat anggaran pertahanan dan menempatkan militer mereka sesuai dengan blok Barat.

"Ideologi umum Finlandia adalah menyelamatkan diri. Dalam 100 tahun terakhir, kami menjadi negara yang kuat dan berdaulat dengan standar kehidupan tinggi. Kami harus menyerahkan lahan kami untuk menjaga perdamaian," kata peneliti dari Institut Hubungan Internasional Finlandia, Charly Salonius-Pasternak.

"Maka dari itu, penting bahwa cara kami hidup selamat, entah dengan diplomasi pragmatis atau mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap ancaman terbesar kami."

(pwn/afp/vws)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK