Rusia mengklaim kemenangan besar di Mariupol usai menguasai pabrik baja Azovstal yang menjadi benteng pertahanan terakhir pasukan Ukraina di kota pelabuhan itu, Jumat (20/5).
Hal itu menandai berakhirnya serangan Rusia selama berminggu-minggu di Mariupol, terutama pabrik baja Azovstal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia membombardir bunker dan terowongan pabrik, sarang dari Resimen Azov Ukraina, yang berarti berakhirnya pengepungan paling merusak dari perang yang dimulai ketika Rusia menginvasi Ukraina hampir tiga bulan lalu.
"Wilayah pabrik metalurgi Azovstal telah sepenuhnya dibebaskan," kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.
Rusia mengatakan kelompok yang menyerah itu terdiri dari 531 personel.
Sebuah video dari Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan barisan personel bersenjata yang menyerahkan diri menghampiri tentara Rusia yang ada di luar pabrik.
Pasukan Rusia kemudian dengan hati-hati menggeledah setiap pria dan harta benda mereka dan juga tampaknya meminta para personel bersenjata itu untuk menunjukkan tato mereka.
Moskow menyebut Resimen Azov sebagai "Nazi". Unit tersebut dibentuk pada 2014 sebagai milisi untuk memerangi separatis yang didukung Rusia.
"Fasilitas bawah tanah perusahaan, tempat para militan bersembunyi, berada di bawah kendali penuh angkatan bersenjata Rusia," kata pernyataan Rusia.
Dengan demikian, menurut Kementerian tersebut total milisi Ukraina yang telah bertekuk lutut kepada Rusia per hari Jumat (20/5) ada 2.439 orang.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah mengatakan kepada Presiden Vladimir Putin bahwa baik Mariupol dan pabrik baja telah sepenuhnya dikuasai Rusia.
Ukraina memerintahkan garnisun untuk mundur pada hari Senin, beberapa jam sebelum pengumuman Rusia.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan para prajuritnya telah diberitahu oleh militer bahwa mereka bisa keluar dan menyelamatkan hidup mereka.
Kyiv yang menyebut para pasukan tersebut sebagai pahlawan.
Zelensky mengatakan angkatan udara Ukraina telah mencoba menerbangkan pasokan ke Mariupol tetapi telah dipukul mundur oleh Rusia.
"Sayangnya, sejumlah besar pilot kami meninggal. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar heroik yang tahu itu sulit, bahwa untuk terbang ke sana hampir tidak mungkin, untuk terbang ke Azovstal dengan obat-obatan, makanan, air, dan untuk membawa kembali mayat dan yang terluka," katanya kepada televisi Ukraina.