Lebih dari 2.000 tentara Ukraina yang selama ini terjebak di pabrik baja Azovstal, Mariupol, dikabarkan telah menyerahkan diri ke Rusia.
Pasukan Ukraina menghentikan operasi tempur lawan Rusia di Mariupol, terutama di pabrik Azovstal, demi membuka jalan evakuasi bagi warga sipil yang masih terjebak di pabrik itu sejak beberapa pekan terakhir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pabrik Azovstal menjadi benteng pertahanan terakhir pasukan Ukraina di Mariupol dan kini diklaim sudah dikuasai Rusia.
Para prajurit yang menyerah itu pun dibawa pasukan Rusia ke kamp penahanan praperadilan di Donetsk dan menjadi tawanan perang.
Salah satu tentara Ukraina yang menyerahkan diri sempat bersurat kepada istrinya beberapa hari sebelum dipindahkan ke kamp penahanan Rusia.
"Suami saya menulis surat kepada saya dua hari lalu. Situasinya sangat sulit dan mengerikan," ucap Natalia Zarytska, istri dari salah satu pejuang di Azovstal, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (21/5).
"Suami saya sedang dalam perjalanan dari satu neraka ke neraka yang lain," lanjutnya.
Penyerahan diri ini membuat para anggota keluarga bisa mengetahui kabar para tentara yang telah berbulan-bulan berlindung di pabrik baja Azovstal.
Sebelumnya, Rusia mengklaim ada 2.439 resimen Azovstal dan pasukan Ukraina lainnya yang menyerahkan diri dari fasilitas itu. Namun, CNN belum mendapat konfirmasi dari pihak Ukraina.
"Sejak 16 Mei, 2.439 resimen Azovstal dan Pasukan Ukraina telah menyerah. Hari ini 20 Mei, kelompok terakhir yang terdiri dari 531 milisi juga menyerah," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov seperti dikutip CNN.
Selanjutnya, mereka yang menyerah dievakuasi oleh Rusia dengan pengawalan khusus. Kabar penyerahan ini sudah diteruskan ke Preisden Vladimir Putin.
Sebuah video dari Kementerian Pertahanan Rusia memperlihatkan barisan personel bersenjata Ukraina yang menyerahkan diri menghampiri tentara Rusia yang ada di luar pabrik.
Pasukan Rusia kemudian dengan hati-hati menggeledah setiap pria dan harta benda mereka dan juga tampaknya meminta para personel bersenjata itu untuk menunjukkan tato mereka.