Selain UAS, Shanmugam juga mengungkapkan ada dua pengkhotbah asing yang tak diizinkan masuk ke Singapura dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2017, dua pengkhotbah Kristen dilarang memberikan ceramah di Singapura karena memiliki rekam jejak menghina agama lain.
Satu dari mereka mendeskripsikan Allah sebagai 'Tuhan palsu' dan mengatakan umat Budha adalah orang Tohuw dalam bahasa Ibrani yang berarti "hilang, tak bernyawa, bingung, dan tandas secara spiritual".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pendakwah lainnya mengatakan tentang kejahatan Islam dan menilai Islam bukanlah "agama perdamaian".
Pada 2018, pengkhotbah Kristen Amerika Lou Engle turut dilarang berkhotbah di Singapura karena mencela agama Islam.
Bahkan, Singapura sempat melarang pemutaran film berbahasa India berjudul The Kashmir Files karena film itu menggambarkan umat Muslim dengan provokatif.
"Banyak orang di India mengkritik kami karena melarang film ini, tapi saya tidak meminta maaf atas pendekatan Singapura tersebut," kata Shanmugam seperti dikutip The Straits Times.
Shanmugam juga mencatat bahwa pekan lalu, mantan dosen Politeknik Ngee Ann Tan Boon Lee didakwa atas komentar rasis tentang pasangan antar-etnis, serta atas komentar tidak sensitif tentang agama selama mengajar kuliah dan di forum online.
Shanmugam pun kembali menegaskan wagra untuk "berhati-hatilah" pada pengkhotbah asing semacam ini di semua sisi. Ia menuturkan di Internet ada banyak orang yang menyerang agama lain.
"Di luar itu, kami tidak bisa seenaknya memberi tahu orang-orang apa yang boleh mereka tonton dan apa yang tidak boleh mereka tonton. Itu bukan urusan kami dan kami juga tidak punya kekuatan untuk melakukan itu," ujar Shanmugam lagi.
"Ini tidak unik untuk komunitas tertentu. Jika Anda melihat pengkhotbah dari Indonesia, mereka menyerang Kristen, mereka menyerang non-Muslim. Tetapi jika Anda menonton video dari beberapa pengkhotbah Barat, mereka menyerang Muslim secara tidak masuk akal. Mereka mengatakan segala macam hal yang tidak dapat diungkapkan tentang Islam dan Quran," paparnya.
Menurut Shanmugam, Singapura adalah negara yang unik dengan penekanan kuat pada kerukunan ras dan agama.
"Kami tidak hanya memiliki kata-kata yang bagus, seperti beberapa negara lain. Tapi, kami mendukung pernyataan, kami mendukung filosofi kami, dengan undang-undang, dan bukan hanya undang-undang, kami menegakkan hukum itu secara setara," katanya.
(pwn/rds)