Jelang Pawai Bendera Israel, Yerusalem Tetapkan Status Siaga

CNN Indonesia
Minggu, 29 Mei 2022 11:48 WIB
Yerusalem bersiap terhadap Pawai Bendera Israel yang digelar pada Minggu (29/5) waktu setempat. (Foto: REUTERS/RONEN ZVULUN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Yerusalem bersiap terhadap Pawai Bendera Israel yang digelar pada Minggu (29/5) waktu setempat. Pasalnya, pawai ini menjadi kontroversi karena telah memicu peringatan eskalasi baru dari faksi-faksi Palestina.

Sekitar 3.000 polisi akan dikerahkan menjelang pawai, yang akan dimulai pada pukul16.00 waktu setempat.

Aksi Pawai Bendera ini mengancam dapat memperburuk ketegangan selama berminggu-minggu antara Israel dan Palestina.

Sebagai informasi, Israel menandai "Hari Yerusalem" untuk memperingati penyatuan kota setelah penaklukan Yerusalem timur pada 1967 silam.

Adapun pada tahun lalu, bentrokan seputar Hari Yerusalem ini menyebabkan konflik selama 11 hari. Usai gerakan Islam Palestina, Hamas menembakkan roket ke Israel dan mendorong Israel untuk melancarkan serangan balik.

Akibatnya, sebanyak 260 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak. Sementara, 14 orang lain tewas di Israel, termasuk satu anak.

Pekan lalu, Hamas yang menguasai Jalur Gaza memberi peringatakan terhadap pawai yang melewati kompleks Masjid Al-Aqsa. Mereka mengatakan akan menggunakan 'semua kemungkinan' untuk menghadapi Israel.

"Kami tidak akan ragu menggunakan segala cara untuk menghentikan serangan ke tempat-tempat suci kami, dan Israel akan membayar mahal," ujar Anggota Biro Politik Hamas, Ghazi Hamad, mengutip AFP.

Para pengunjuk rasa Israel diperkirakan akan memasuki Kota Tua melalui Gerbang Damaskus, yang banyak digunakan oleh orang-orang Palestina, sebelum menuju Tembok Barat.

Namun, pihak berwenang Israel belum menyetujui permintaan untuk memasuki kompleks Al-Aqsha. Diketahui, Masjid Al-Aqsa tak termasuk jalur pawai.

Menjelang pawai, Hamas meminta warga Palestina untuk berkumpul di Al-Aqsa untuk 'menggagalkan skema Yudaisasi pendudukan'.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Naftali Bennett tetap mengkonfirmasi pawai itu akan berlangsung sesuai dengan rute yang direncanakan, seperti yang telah terjadi selama beberapa dekade.

Sebuah harian terkemuka Israel bernama Yediot Aharonot menggambarkan pawai tersebut sebagai ujian pribadi bagi Bennett.

Harian tersebut mengatakan Bennett mengadopsi "kebijakan yang tenang dan diperhitungkan". Sedangkan, pendahulunya Benjamin Netanyahu memilih "kebijakan kapitulasi yang bising" yang berakhir dengan Hamas menembakkan roket ke Israel.

Menurut analis keamanan Shlomo Mofaz, Bennett bertaruh pada kemungkinan, "Hamas tidak tertarik pada perang lain".

"Kebijakan utama Hamas hari ini adalah untuk mendorong orang-orang di dalam Israel (untuk menyerang), sementara mereka terus membangun kembali Jalur Gaza," tambah mantan perwira intelijen itu.

Terdapat faktor lain yang berperan, yakni Iran yang merupakan musuh bebuyutan negara Israel dan pendukung faksi bersenjata di Gaza.

(pop/pra)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK