Laporan CAR: BIN Pakai Mortir dari Serbia untuk Papua

CNN Indonesia
Jumat, 03 Jun 2022 11:50 WIB
BIN dilaporkan membeli nyaris 2.500 mortir dari Serbia untuk agen mata-mata RI di Papua dan beberapa dijatuhkan ke desa-desa di wilayah itu pada 2021 lalu.
Foto ilustrasi mortit. BIN dilaporkan gunakan mortir dari Serbia membom desa-desa di Papua. (AP/Bernat Armangue)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Intelijen Negara (BIN) dilaporkan membeli nyaris 2.500 mortir dari Serbia untuk agen mata-mata RI di Papua dan dijatuhkan ke desa-desa di wilayah itu pada 2021 lalu.

Hal tersebut diungkap kelompok pemantau senjata yang berbasis di London, Conflict Armament Research (CAR) dalam laporan yang dikirim ke Reuters.

Tiga anggota CAR mengatakan, pengadaan senjata dari BIN tak diungkap ke komite pengawasan parlemen yang menyetujui anggaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CAR melaporkan mortir itu diproduksi pembuat senjata Serbia, Krusik. Senjata tersebut kemudian dimodifikasi, yang entah oleh pihak mana, agar bisa dijatuhkan dari udara alih-alih dari tabung mortir.

Menurut mereka, BIN juga menerima 3.000 inisiator elektronik dan tiga perangkat pengatur waktu yang biasanya difungsikan untuk membasmi bahan peledak.

CAR melaporkan bahwa peluru mortir 81mm digunakan dalam serangan di sejumlah desa di Papua pada Oktober 2021 lalu.

Salah satu saksi mata dan penyidik yang bekerja untuk delapan kelompok hak asasi manusia (HAM) menyampaikan tak ada yang terbunuh dalam serangan itu. Namun, rumah dan sejumlah gereja terbakar.

"Jelas bahwa mortir ini merupakan senjata ofensif yang digunakan di wilayah sipil," kata penyelenggara Proyek West Papua di Universitas Wollongong, Jim Elmslie.

Jim adalah orang yang menyerahkan laporan CAR ke Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB pada April lalu.

"Ini adalah pelanggaran hukum kemanusiaan," kata dia.

[Gambas:Video CNN]

Saksi mata lain, Pastor Yahya Uopmabin, menyaksikan serangan itu dari pegunungan terdekat.

"Mereka menjatuhkan bom dengan pesawat tak berawak. Tempat ibadah, rumah terbakar," kata Yahya kepada Reuters.

Seorang penyelidik Papua yang bekerja untuk konsorsium delapan kelompok hak asasi manusia dan gereja, Eneko Bahabol, mengatakan 32 mortir dijatuhkan, termasuk lima yang tak meledak.

Merujuk hukum di Indonesia, militer, polisi dan lembaga pemerintah lain harus mengantongi izin dari Kementerian Pertahanan untuk membeli senjata. Mereka juga wajib menggunakan bahan yang diproduksi industri pertahanan dalam negeri jika tersedia.

Perusahaan pembuat senjata milik negara, PT Pindad, juga memproduksi mortir. Mereka merupakan bagian dari penyedia persenjataan militer RI.

Respons pihak PT Pindad hingga juru bicara TNI, baca di halaman berikutnya...



Respons PT Pindad hingga TNI

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER