Jakarta, CNN Indonesia --
Amerika Serikat menyatakan keprihatinan melihat kemesraan yang ditunjukan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui percakapan telepon pada Rabu (15/6).
Dalam sambungan telepon itu, Xi Jinping menegaskan China akan terus mendukung Rusia, termasuk soal masalah kedaulatan hingga keamanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dukungan itu ditunjukan Xi Jinping ketika Rusia tengah disudutkan Barat terkait invasinya ke Ukraina. Sejak invasi berlangsung pada 24 Februari lalu, China belum melayangkan kecaman dan penolakannya tidak seperti kebanyakan negara lainnya.
"China mengklaim dirinya netral, tetapi perilakunya memperjelas bahwa mereka masih berinvestasi dalam hubungan dekatnya dengan Rusia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price, pada Kamis (16/6).
Price menuturkan Washington memperingatkan China bahwa setiap negara yang berpihak pada Putin soal Ukraina berada "di sisi sejarah yang salah."
"Lebih dari tiga bulan setelah invasi, China masih berdiri di samping Rusia. China masih menggemakan propaganda Rusia di seluruh dunia," kata Kemlu AS seperti dikutip AFP.
"China masih melindungi Rusia dalam organisasi internasional dan masih menyangkal kekejaman Rusia di Ukraina dengan meyakini bahwa mereka telah dibohongi," paparnya menambahkan.
Menurut Kemlu AS, negara-negara yang berpihak pada Putin akan menemukan diri mereka berada di sisi sejarah yang salah.
"Ini bukan saat untuk berdalih atau bersembunyi atau menunggu untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya. Sudah jelas apa yang terjadi," kata Kemlu AS.
Kemesraan Xi Jinping-Putin, baca di halaman berikutnya >>>
Kemesraan Putin dan Xi Jinping
Kemesraan Putin dan Xi Jinping terus menguat setelah peresmian jembatan yang menghubungkan Rusia dan China pada pekan lalu.
Jembatan sepanjang satu kilometer itu membentang di atas Sungai Amur dan menghubungkan Kota Blagoveshchensk di wilayah timur jauh Rusia dengan wilayah Heihe, utara China.
Pembangunan jembatan itu sudah diselesaikan sejak dua tahun lalu, namun peresmiannya tertunda akibat pandemi Covid-19. Peresmian jembatan di Blagoveshchensk pada Jumat (10/6) waktu setempat itu ditandai dengan dimulainya lalu lintas barang. Truk-truk yang pertama melintas disambut kembang api.
Pembangunan jembatan yang terdidi dari dua jalur itu menelan biaya hingga 19 miliar Rubel (Rp 4,7 triliun). Rusia dan China telah meningkatkan kerja sama politik dan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir. Kerja sama itu didorong oleh keinginan yang sama dari kedua negara untuk mengimbangi apa yang mereka pandang sebagai dominasi AS.
Dalam panggilan teleponnya ke Putin, Xi menegaskan China bersedia untuk terus menawarkan dukungan kepada Rusia pada isu-isu mengenai kepentingan inti.
"China bersedia untuk terus menawarkan dukungan timbal balik (kepada Rusia) pada isu-isu mengenai kepentingan inti dan keprihatinan utama seperti kedaulatan dan keamanan," kata Xi melalui laporan lembaga penyiaran negara,CCTV.
Iniadalah percakapantelepon kedua yang antara kedua presidensejak Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
China menolak mengutuk invasi Moskow ke Ukraina. Meski begitu, Beijing berulang kali mendorong Rusia-Ukrainamenyelesaikan konflik melalui dialog.
China juga dituduh memberikan perlindungan diplomatik untuk Rusia dengan mengecam sanksi Barat dan penjualan senjata ke Kyiv. Pemerintahan Xi bahkan dituduh memberikan sejumlah bantuan demi melancarkan invasi Rusia ke Ukraina.
Menurut CCTV, Xi memuji "momentum pembangunan yang baik" dalam hubungan bilateralnya dengan Rusia "dalam menghadapi gejolak dan perubahan global".
"Beijing bersedia mengintensifkan koordinasi strategis antara kedua negara", kata Xi seperti dikutip AFP.
Kremlin mengatakan kedua pemimpin telah sepakat meningkatkan kerja sama ekonomi dalam menghadapi sanksi Barat yang "melanggar hukum".
"Disepakati untuk memperluas kerja sama di bidang energi, keuangan, industri, transportasi, dan bidang lainnya, dengan mempertimbangkan situasi ekonomi global yang semakin rumit karena kebijakan sanksi yang tidak sah dari Barat," kata Kremlin setelah pertemuan tersebut.