Tony juga menuturkan obat-obatan untuk penyakit berat sudah langka. Namun, pasokan obat-obatan untuk penyakit yang tergolong ringan masih aman.
"Kalau obat-obatan seperti misal jantung, makanya banyak orang yang mau operasi, banyak yang meninggal karena enggak ada obat," ucap dia.
Senada dengan Tony, seorang WNI lainnya yang juga tinggal di Sri Lanka, Binsar, juga menceritakan hal serupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kelangkaan BBM menimbulkan antrean panjang di setiap pom bensin.
"Kalau pengalaman teman-teman lokal sih sekitar 5-6 jam antre bisa dapat 25 liter maksimal untuk mobil, jika beruntung," ucap dia.
Namun, kebanyakan dari mereka baru bisa mendapat BBM usai antre sekitar 8-12 jam. Itu pun, harus mulai mengunjungi pom bensin saat dini hari, sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
Binsar mengaku beruntung telah menjual mobil sebelum Sri Lanka dilaporkan bangkrut, sehingga ia tak bersusah-payah antre BBM untuk kendaraanya. Namun, ia harus tetap menunggu untuk mendapat gas LPG.
"Untungnya saya sudah melepaskan mobil saya tahun lalu persis sebelum krisis BBM terjadi," ujar dia.
Namun, ia mengakui harga barang terutama impor merangkak naik. Barang-barang rak di toko juga sudah banyak yang kosong, katanya.
"Jika barang datang ,jumlahnya juga sedikit pasti dalam hitungan hari akan habis," ujar Binsar.
Krisis valuta asing, lonjakan harga makanan, obat-obatan hingga bahan bakar membuat Sri Lanka semakin terpuruk dan meminta bantuan dana ke Dana Moneter Internasional (IMF).
Kekurangan mata uang asing juga membuat Sri Lanka tak mampu membayar impor penting seperti bahan bakar minyak.
Sri Lanka juga menghadapi rekor inflasi tinggi dan pemadaman listrik yang berkepanjangan sehingga memancing protes selama berbulan-bulan.
Sekitar 5 juta penduduk di Sri Lanka juga dilaporkan akan mengalami kekurangan pangan akibat krisis ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan empat dari lima orang di negara itu mulai tidak bisa makan karena mereka tidak mampu membayar harga makanan yang tinggi.
PBB mengatakan kondisi ini memperingatkan krisis kemanusiaan yang mengerikan dengan jutaan orang membutuhkan bantuan.