Empat bulan invasi berlangsung, Rusia semakin beringas menggempur wilayah timur Ukraina, terutama Donbas.
Kepala Administrasi Militer Wilayah Donetsk Ukraina, Pavlo Kyrylenko, mengatakan pasukannya kini hanya menguasai 45 persen wilayah tersebut. Itu berarti pasukan Rusia menguasai mayoritas wilayah Donetsk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pasukan Ukraina menguasai sekitar 45 persen wilayah Donetsk, yang mana pertempuran sedang berlangsung," kata Kyrylenko, pada Rabu (22/6) dikutip CNN.
Kyrylenko mengatakan 55 persen wilayah yang dikuasai Rusia benar-benar hancur.
"55 persen wilayah lainnya benar-benar hancur, di bawah kendali kelompok tentara secara ilegal, maksud saya di bawah kendali penjajah, termasuk setengah Mariupol dam Volnovakha."
Kyrylenko menggambarkan situasi di Donetsk dalam kondisi yang sangat sulit.
Menurut Kyrylenko, sekitar seratus desa dan 12 kota dalam kondisi tanpa listrik dan pasokan gas sejak April lalu.
"Mereka yang tak meninggalkan Donetsk tinggal di penampungan. Warga menerima bantuan kemanusiaan dan makanan, tapi juga dalam situasi yang sangat berbahaya," jelas dia.
Pasukan Rusia, lanjut dia, menggunakan ariteleri berat, dan pesawat tempur. Mereka menggunakan semua jenis senjata dalam pertempuran itu. Penduduk, papar Kyrylenko, terus-menerus dipaksa pergi.
"Dalam menghancurkan Avdiivka, misalnya, tak ada bangunan yang tak terkena tembakan. Sekitar 2.000 warga sipil masih di kota itu sekarang," ujar Kyrylenko.
Pasukan Rusia dan Ukraina terus bertempur Sengit sejak Moskow melancarkan invasi pada 24 Februari lalu. Saat ini, pertempuran sengit berfokus di Donbas seperti Luhansk, Donetsk, dan Severodonetsk.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan memprediksi pertempuran di Severodonetsk akan menentukan nasib Donbas secara keseluruhan. Ia pun mendesak Barat untuk mempercepat pengiriman senjata ke Ukraina.
Gempuran Rusia juga meledakkan tiga jembatan utama menuju Severodonetsk sehingga pasukan Ukraina kesulitan mengevakuasi warga dan memasok cadangan ke wilayah tersebut.
Pertumpahan darah dan kerugian materi terus terjadi sampai ini, mengingat masih belum ada titik cerah negosiasi untuk mengakhiri perang.
Setelah sempat berupaya menguasai Kyiv, Rusia mengubah fokus menyerang wilayah timur Ukraina, yakni Donbas. Donbas sendiri merupakan titik panas Rusia-Ukraina sejak lama, karena daerah itu dikuasai kelompok separatis pro-Kremlin.