Semua Anggota NATO Setuju Finlandia-Swedia Gabung, Kecuali Turki
Rencana Finlandia dan Swedia bergabung dengan Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) masih terjegal penolakan Turki.
Pada hari ini, NATO akan menggelar pertemuan puncak pemimpin hingga 30 Juni mendatang. Para anggota diprediksi akan mendesak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan agar mengizinkan Swedia dan Finlandia bergabung.
Ketika hampir seluruh anggota NATO menyambut baik keinginan kedua negara untuk bergabung, Erdogan saat ini memang masih kekeh menolak.
Dalam teleponnya dengan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson pada akhir pekan lalu, Erdogan berkeras Stockholm harus menyelesaikan hal-hal fundamental yang dianggap Ankara faktor krusial "seperti soal terorisme" yang memicu negaranya.
"Turki ingin melihat komitmen (Swedia) yang mengikat untuk isu-isu ini, dibarengi dengan langkah konkret," kata Erdogan, seperti dikutip AFP.
Terancam Invasi Rusia
Swedia dan Finlandia memutuskan ingin bergabung dengan NATO menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Mereka khawatir soal keamanan negaranya. Namun, langkah mereka terhalang Turki.
Sementara itu, untuk bisa menjadi bagian dari NATO, suatu negara harus mengantongi persetujuan dari seluruh anggota aliansi tersebut. Sejauh ini, Swedia dan Finlandia masih dalam tahap konsultasi untuk bisa masuk NATO.
Sejumlah pihak ragu pertemuan puncak NATO tersebut bisa membuat Turki mengubah pendiriannya.
"Memang ada pertemuan, tapi sayangnya langkah-langkah yang kami harapkan tak diambil," ujar perwakilan Turki yang sudah bertemu Finlandia dan Swedia itu dikutip Reuters pada Senin (27/6).
Turki memiliki alasan sendiri, mengapa keberatan Finlandia dan Swedia masuk NATO.
"Kami tak akan mengatakan 'ya' kepada mereka (negara) yang menjatuhkan sanksi terhadap Turki," kata Erdogan pada pertengahan Mei lalu.
Swedia telah menangguhkan penjualan senjata ke Turki sejak 2019. Hal tersebut dilakukan usai operasi militer Turki di Suriah.
Selain itu, Pemerintahan Erdogan juga menuduh Finlandia dan Swedia menyembunyikan kelompok teror termasuk milisi Kurdi yang kabur.
Kurdi adalah kelompok yang masuk daftar hitam Turki, Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Permasalahan lain yang memicu perselisihan Turki dan negara Nordik itu yakni soal ekstradisi. Finlandia dan Swedia gagal memenuhi permintaan Turki untuk mengekstradisi milisi Kurdi hingga tokoh oposisi yang dinilai Ankara berupaya melakukan kudeta.
Kementerian Kehakiman Turki memang telah meminta sejumlah negara Eropa seperti Swedia dan Finlandia untuk mengekstradisi orang-orang yang dituduh punya hubungan dengan militan Kurdi atau dalam gerakan upaya kudeta Erdogan pada 2016 lalu. Namun Finlandia dan Swedia tak memenuhinya.
Turki juga sudah menegur Stockholm karena menunjukkan kelonggaran terhadap Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang telah melancarkan pemberontakan berdarah ke Turki sejak 1984.
Jika Swedia dan Finlandia resmi menjadi anggota maka akan membawa perluasan dan penguatan NATO, suatu Hal yang mengancam Rusia dan tak disukai Presiden Vladimir Putin.
"Saya kira [masuknya Finlandia dan Swedia] mengirim pesan penting kepada Putin. Dan saya pikir itu akan betul-betul memperkuat aliansi secara signifikan," ujar salah satu senator Amerika Serikat, Angus King.