Derita Buruh Migran RI di Tahanan Malaysia: Keguguran, Dipukul Besi

CNN Indonesia
Selasa, 28 Jun 2022 18:02 WIB
Sejumlah buruh migran asal Indonesia yang pernah ditahan di Pusat Tahanan Imigrasi (DTI) Sabah, Malaysia, mengeluhkan mengalami penyiksaan.
Ilustrasi demonstrasi penolakan penyiksaan di pusat tahanan imigrasi Malaysia. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sejumlah buruh migran asal Indonesia yang pernah ditahan di Pusat Tahanan Imigrasi (DTI) Sabah, Malaysia, mengeluhkan berbagai masalah, mulai dari keguguran hingga mengalami penyiksaan.

Koalisi Buruh Migran Berdaulat mengungkap kisah-kisah tragis itu dalam laporan yang dirilis pada pekan lalu.

Salah satu buruh migran RI, Suardi, disebut mengalami penyiksaan keji dari petugas DTI. Salah satu LSM yang merupakan bagian dari KBMB, Solidaritas Perempuan, mengunggah insiden itu melalui Twitter, Senin (27/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Almarhum dihantam, ditumbuk dadanya, ditendang, sampai dihempas batu merah. Mereka tak ada yang menghantam bagian paha atau bawah, hanya mengincar dada dan kepala. Ada juga yang memukul menggunakan pipa besi," demikian twit mereka.

Akibat penganiayaan tersebut, ia berlumuran darah dan langsung dijebloskan ke dalam sel isolasi dengan tangan terborgol. Suardi kemudian dibawa ke rumah sakit saat dadanya telah membengkak.

Cerita lainnya muncul dari Aris. Ia ditahan bersama kedua anaknya yang berusia 5 dan 9 tahun.

Aris sempat mengeluh sakit dan pingsan beberapa kali di tahanan sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit pada 25 September lalu.

Rekan yang membawa Aris ke rumah sakit mengaku laki-laki itu sudah tak bernapas ketika dibawa. Kini, dua anaknya terpaksa menjadi yatim-piatu sebab sang ayah tak selamat.

Buruh migran perempuan juga mengalami kisah yang tak jauh berbeda.

"Terdapat lima perempuan deportan yang keguguran di DTI. Hampir seluruh perempuan hamil dan baru melahirkan menderita gejala malnutrisi," tulis laporan KBMB.

[Gambas:Video CNN]

Keadaan tersebut disebabkan kondisi yang buruk di dalam tahanan, kualitas makanan yang tak memadai, dan tak ada obat-obatan maupun vitamin bagi para imigran tersebut.

Para buruh migran perempuan di DTI kerap mengalami kesulitan air. Mereka kesusahan saat hendak mandi atau bahkan sekadar membasahi kerongkongan.

Buruh migran Indonesia bak tak boleh sakit. Jika mereka melapor, lanjutnya, akan dimaki-maki, bukan malah mendapat perawatan medis.

Sarana sanitasi yang minim dan air bersih berdampak pada kesehatan reproduksi perempuan, sehingga mereka rentan terkena infeksi dan menstruasi jadi tak teratur.

Dalam laporan tersebut, diterangkan pula perempuan hanya mendapatkan dua pembalut saat pertama masuk DTI. Mereka kemudian menggunakan kain seadanya yang difungsikan sebagai pembalut saat menstruasi.

Ketiadaan ruang sanitasi yang layak untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri dan kekurangan air akan berdampak pada kesehatan reproduksi perempuan.

Sebelumnya, sebanyak 149 buruh migran asal Indonesia meninggal di dalam pusat Tahan Imigrasi Malaysia.

Kedutaan Malaysia di Jakarta mencatat 101 WNI meninggal sepanjang 2021. Adapun pada Januari hingga Juni 2022, dilaporkan 48 WNI meninggal di seluruh pusat tahanan imigrasi Sabah.

KBMB menilai otoritas di Sabah sengaja tak memenuhi standar kesehatan yang seharusnya berlaku di setiap Pusat Tahanan Imigrasi.

"Kerajaan Malaysia secara sengaja dan terus menerus menelantarkan deportan dengan tidak menyediakan layanan dan infrastruktur kesehatan yang semestinya," demikian pernyataan resmi KBMB.

Secara umum, pusat tahanan imigrasi juga dinilai melanggar UN Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners, dan UN Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention or Imprisonment.

Pakta itu berbunyi, "Setiap tahanan harus mendapatkan akses pada setiap layanan kesehatan yang tersedia di negara tersebut tanpa diskriminasi berdasarkan situasi hukum mereka."

KBMB sudah menemui pihak Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada 24 Juni lalu. Namun, KBMB mengklaim pihak Kedubes Malaysia meremehkan fakta kasus kematian dan penyiksaan itu.

[Gambas:Video CNN]

Malaysia, kata koalisi itu, justru mengaku telah mengeluarkan dana sekitar Rp486 juta untuk memulangkan deportan ke Indonesia alih-alih membahas terkait hukum.

"Perlakuan yang merendahkan martabat manusia, penyiksaan, dan pelanggaran HAM di DTI tidak dapat dibenarkan," tulis mereka.

KBMB juga mendesak pemerintah Indonesia seharusnya hadir dan turut bertanggung jawab dalam kasus kematian dan penyiksaan yang menimpa buruh migran RI di Malaysia.

Mereka menegaskan, pemulangan imigran merupakan permasalahan struktural yang harus diselesaikan melalui jalur diplomatik kedua negara.

Perwakilan Indonesia meminta klarifikasi ke Malaysia, bisa dibaca di halaman selanjutnya >>>

Indonesia Tuntut Klarifikasi dari Malaysia

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER