Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan belasungkawa atas kepergian mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang meninggal dunia usai tertembak saat berpidato pada Jumat (8/7).
Putin melayangkan pesan duka cita kepada istri Abe, Akie Abe, melalui telegram.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tangan seorang penjahat mengakhiri kehidupan seorang negarawan terkemuka yang memimpin pemerintah Jepang untuk waktu yang lama dan melakukan banyak hal untuk mengembangkan hubungan bertetangga yang baik antara negara kita," tulis Putin dalam telegram belasungkawa yang ditujukan kepada, Akie Abe dan ibu Abe, Yoko Abe.
"Kami mempertahankan kontak reguler dengan Shinzo, di mana kualitas pribadi dan profesionalnya yang luar biasa ditunjukkan sepenuhnya. Kenangan cerah dari pria yang luar biasa ini akan selamanya tetap berada di hati semua orang yang mengenalnya," ucap Putin seperti dikutip The Moscow Time.
Rusia melalui juru bicara Putin di Kremlin, Dmitry Peskov, juga sebelumnya telah mengutuk penembakan Abe.
Kremlin menyampaikan rasa duka mendalam pada keluarga Abe, menganggap PM terlama Jepang itu sebagai pahlawan.
"Kami sangat sedih mendengar berita dari Jepang," kata Peskov, tak lama setelah rumah sakit di Jepang mengonfirmasi kematian Abe, dikutip dari AFP.
"Abe benar-benar seorang pahlawan negara Jepang," tuturnya.
Profesor pengobatan darurat di rumah sakit Universitas Nara, Hidetada Fukushima. mengonfirmasi kematian Abe sekitar pukul 17.03 waktu lokal.
Abe meninggal pada usia 67 tahun.
"Shinzo Abe dibawa [ke rumah sakit] pada 12.20 siang. Dia mengalami henti jantung saat tiba. Resusitasi [CPR] dilakukan. Namun, sayangnya dia meninggal pada pukul 17.03," tutur Fukushima kepada wartawan di Nara, kota tempat kejadian berlangsung.
Abe dibawa ke rumah sakit dengan helikopter dalam kondisi henti jantung dan luka peluru di leher dan dada.
Menurut keterangan Fukushima, Abe meninggal dunia karena kehilangan banyak darah, meski sempat melakukan transfusi darah.
Fukushima mengatakan peluru yang membunuh Abe masuk "cukup dalam hingga menembus jantungnya."
Ada luka besar di dinding jantungnya," kata Fukushima.
Pihak rumah sakit mengerahkan 20 dokter dan tenaga medis profesional untuk menyelamatkan Abe.
Semula, 10 dokter menangani Abe ketika tiba di rumah sakit. Namun, jumlah dokter ditambah terus akibat kondisi Abe yang tak kunjung baik.
Dokter mengatakan setelah mengupayakan segala cara termasuk operasi terbuka, mereka tetap tidak dapat menghentikan pendarahan hingga akhirnya Abe meninggal dunia.