Jakarta, CNN Indonesia --
Setelah Perdana Menteri Boris Johnson menyatakan mengundurkan diri pada pekan lalu, sejumlah pejabat dari kabinet dan partainya, Konservatif, berlomba-lomba mencalonkan diri sebagai pemimpin Inggris selanjutnya.
Delapan kandidat secara resmi dinominasikan dalam pemilihan PM pengganti Johnson yang digelar oleh Partai Konservatif. Namun, dua kandidat tersingkir dalam putaran pertama pemungutan suara pada Rabu (13/7).
Sampai saat ini, tidak ada kandidat PM yang dijagokan menang.Putaran kedua pemungutan suara akan berlangsung hari ini, Kamis (14/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kandidat Lolos Putaran Pertama:
1. Kemi Badenoch
Terpilih menjadi anggota parlemen untuk pertama kalinya pada 2017, Badenoch telah memegang beberapa jabatan menteri muda menteri junior, termasuk menteri kesetaraan. Namun, ia tidak pernah menjabat dalam kabinet pemerintah.
Seorang mantan anggota Konservatif dari Majelis London, Badenoch juga menjabat sebagai wakil ketua Partai Konservatif.
Badenoch (42) merupakan keturunan Inggris-Nigeria. Ia mendukung Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit dalam referendum 2016.
[Gambas:Video CNN]
2. Suella Braverman
Braverman merupakan Jaksa Agung Inggris dan Wales sejak 2020.
Sebagai jaksa agung, perempuan 42 tahun keturunan India itu dikritik habis-habisan oleh para pengacara setelah pemerintah berusaha melanggar hukum internasional atas aturan perdagangan pasca-Brexit di Irlandia Utara.
Dia ikut mendukung Inggris meninggalkan UE dan sempat menjabat sebagai menteri junior di kementerian urusan Brexit di bawah Perdana Menteri Theresa May.
Namun, Braverman mengundurkan diri sebagai protes atas kesepakatan Brexit yang diusulkan May yang berupaya tetap menjaga hubungan dekat Inggris dengan UE meski telah keluar.
 Foto: AP/Matt Dunham Suella Braverman, Jaksa Agung Inggris dan Wales keturunan India yang kini ikut mencalonkan diri dalam pemilihan PM Inggris menggantikan Boris Johnson. |
3. Penny Mordaunt
Mordaunt merupakan mantan menteri pertahanan yang dipecat kala Johnson menjadi perdana menteri. Perempuan 49 tahun itu dipecat setelah menyatakan dukungan pada saingan Johnson, Jeremy Hunt, dalam pemilihan PM pengganti May pada 2019.
Mordaunt juga mendukung Inggris meninggalkan Uni Eropa dan berjanji akan memaksimalkan keuntungan dan peluang memajukan Inggris pasca Brexit dan pandemi Covid-19.
Saat ini Mordaunt menjabat sebagai menteri perdagangan junior. Ia menyebut pejabat pemerintah yang melanggar aturan lockdown Covid-19, termasuk Johnson, "memalukan".
 Foto: AP/Stefan Rousseau Mantan Menhan Inggris Penny Mordaunt luncurkan kampanye pencalonan dirinya sebagai pengganti Boris Johnson. |
Dua kandidat yang dijagokan malah tersungkur di putaran pertama, baca halaman selanjutnya >>>
4. Rishi Sunak
Sunak merupakan eks Menteri Keuangan yang pertama kali mengumumkan mundur dari kabinet Johnson sebagai protes terhadap sang PM. Langkah Sunak itu kemudian diikuti oleh 9 menteri lain dan puluhan pejebat pemerintah lainnya.
Sunak mengumumkan pencalonannya sebagai pengganti Johsnon dengan merilis video kampanye di mana ia berjanji memerintah dengan jujur, serius, dan tekad bilat mengeluarkan Inggris dari masa-masa sulit perekonomian global saat ini.
Pria 42 tahun itu menjabat sebagai menteri keuangan sejak awal 2020 dan dipuji atas kebijakannya menyelamatkan ekonomi Inggris di kala pandemi menyerang, termasuk program retensi pekerjaan yang mahal yang mencegah pengangguran massal.
Tapi Sunak kemudian menghadapi kritik karena tidak memberikan dukungan biaya hidup yang cukup untuk rumah tangga.
Sunak juga memilih Inggris meninggalkan Uni Eropa dalam referendum 2016.
5. Liz Truss
Mary Elizabeth atau lebih dikenal Liz Truss merupakan menteri luar negeri Inggris dan telah menjadi anak emas kaum akar rumput Partai Konservatif.
Saat ini, Truss masih mendominasi puncak jajak pendapat pemilihan PM di antara anggota partai yang dilakukan oleh situs web Conservative Home.
Truss kerap disamakan dengan eks PM Inggris Margareth Thatcher, pemimpin yang sangat populer di negara Eropa Barat itu setelah Winston Churchill.
Perempuan 46 tahun itu menjadi menteri perdagangan internasional di dua tahun pertama kepemimpinan Johnson sebelum didapuk menjadi menlu.
Sekarang, Truss bertanggung jawab untuk urusan Inggris dengan Uni Eropa terkait aturan perdagangan pasca-Brexit khusus Irlandia Utara. Truss telah mengambil pendekatan yang keras dalam negosiasi.
Truss awalnya menentang Brexit tetapi setelah referendum 2016 mengatakan dia telah berubah pikiran dan mendukung Inggris bercerai dengan UE.
6. Tom Tugendhat
Tugendhat merupakan ketua komite urusan luar negeri parlemen. Pria 49 tahun itu merupakan seorang mantan tentara Inggris yang pernah bertempur di Irak dan Afghanistan.
Tugendhat tidak pernah memiliki jabatan dalam kabinet pemerintah. Ia menjadi kritikus vokal Johnson.
Tugendhat mengatakan dia ialah Konservatif anti-arus utama yang tidak mendukung kenaikan Asuransi Nasional dan menganggap pungutan pajak bahan bakar "melumpuhkan" banyak warga.
Tugendhat menolak keras Inggris keluar dari Uni Eropa.
Kandidat PM yang tersingkir:
7. Jeremy Hunt
Sebagai mantan menteri luar negeri dan eks menteri kesehatan, Hunt dianggap sebagai salah satu calon terkuat pengganti Johnson.
Ia kalah dari Johnson dalam pemilu 2019 lalu. Saat itu, Hunt menggambarkan dirinya sebagai pilihan alternatif yang "serius."
Ketika Johnson menghadapi mosi tidak percaya bulan lalu, Hunt langsung mencari celah untuk berkampanye di hadapan partainya agar dapat mengambil alih jabatan.
"[Di bawah Johnson], kita tak lagi dipercaya oleh elektorat. Kita akan kalah di pemilu selanjutnya," ucap Hunt.
Meski demikian, popularitas Hunt belakangan merosot karena kinerjanya selama menjadi menkes sebelum pandemi tak segemilang penggantinya, yang merupakan sekutu dekat Johnson.
8. Nadhim Zahawi
Baru ditunjuk menjadi menteri keuangan, Nadhim Zahawi langsung banjir pujian karena dapat memastikan aliran vaksin selama pandemi Covid-19.
Sebelum menjadi menkeu, Zahawi juga sudah mencicipi kursi menteri pendidikan.
Zahawi merupakan mantan pengungsi dari Irak yang datang ke Inggris saat masih anak-anak dan belum bisa berbahasa Inggris.
Beberapa waktu sebelum terjun ke kancah politik, ia mendirikan perusahaan jajak pendapat kredibel, YouGov.
Namun kini, kekayaan pribadinya menjadi sorotan karena sejumlah peristiwa, salah satunya ketika ia mengungkap anggaran parlemen untuk menghangatkan kandang kudanya.
[Gambas:Photo CNN]