Para pedemo Sri Lanka mengaku siap meninggalkan gedung-gedung pemerintahan yang telah diduduki usai Rajapaksa minggat. Tindakan ini juga sebagai bentuk protes atas krisis ekonomi yang mendera negara itu.
"Kami menarik diri secara damai dari Istana Kepresidenan, Sekretariat Presiden dan Kantor Perdana Menteri dengan segera, tetapi akan melanjutkan perjuangan kami," kata juru bicara aksi massa, Kamis (14/7) dikutip AFP.
Salah satu aktivis yang terlibat dalam gerakan itu juga buka suara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada gerakan menyerahkan kembali gedung-gedung ke pihak berwenang" salah satu aktivis yang terlibat kampanye #GotaGoHome.
Sebelumnya, perwakilan massa terlibat dialog dengan pihak berwenang. Pemerintah Sri Lanka meminta massa yang menduduki gedung pemerintahan untuk pergi meninggalkan bangunan tersebut.
Pelaksana tugas presiden Sri Lanka sekaligus Perdana Menteri, Ranil Wickremesinghe, memerintahkan militer mengendalikan situasi di tengah huru-hara yang terjadi akibat krisis.
"Saya memerintahkan komandan militer dan kepala kepolisian untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan untuk mengendalikan situasi," ujar Wickremesinghe pada Rabu (13/7) dikutip AFP.
Parlemen Sri Lanka dijadwalkan akan mengumumkan secara resmi pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa setelah mengesahkan surat resign yang dikirim sang presiden via surat elektronik (surel) pada Kamis (14/7) malam.
Juru bicara ketua parlemen Sri Lanka, Indunil Yapa, pengumuman pengunduran diri Rajapaksa akan dilakukan hari ini, Jumat (15/7) dengan waktu yang belum ditentukan.
"Keaslian dan legalitas email (surel) harus diperiksa sebelum diterima secara resmi," kata Yapa kepada AFP.
Jika terkonfirmasi, Rajapaksa akan menjadi presiden Sri Lanka pertama yang mengundurkan diri sejak negara Asia Selatan itu mengadopsi sitem pemerintahan presidensial pada 1978.