Bagaimana Sejarah Xinjiang Bisa Jadi Kampung Muslim Uighur di China?
Presiden Xi Jinping baru-baru ini berkunjung ke wilayah otonomi Xinjiang di barat laut China. Wilayah tersebut merupakan rumah bagi jutaan etnis minoritas Muslim Uighur.
Lawatan Xi Jinping ke Xinjiang ini menjadi sorotan lantaran yang pertama ia lakukan dalam delapan tahun terakhir. Selain itu, kunjungan Xi Jinping ke Xinjiang juga dilakukan ketika China masih dikecam habis-habisan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Xi Jinping ke Kampung Uighur sampai Ukraina Respons Misi Damai Jokowi |
Ada sekitar 12 juta etnis Uighur tinggal di Xinjiang dan sebagian besar beragama Muslim.
Secara perawakan hingga budaya, etnis Uighur berbeda dengan suku mayoritas Han China. Orang Uighur memiliki bahasa sendiri yang mirip dengan Bahasa Turki.
Etnis Uighur juga menganggap mereka lebih dekat secara budaya dan etnis kepada negara Asia Tengah seperti Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turmenistan, dan Uzbekistan.
Mayoritas etnis Uighur di Xinjiang merupakan umat Muslim Sunni, dikutip dari Britannica.
Dalam beberapa dekade terakhir telah terlihat migrasi massal etnis Han China ke Xinjiang. Hal ini diduga sengaja dilakukan oleh pemerintah China untuk melemahkan populasi Uighur di sana.
China juga dituduh menargetkan tokoh agama Muslim dan melarang praktik keagamaan etnis Uighur di wilayah tersebut, hingga menghancurkan masjid sampai makam.
Aktivis pemerhati hak etnis Uighur mengatakan mereka takut budaya komunitas mereka terancam dihilangkan China.
Lantas, bagaimana sejarah Xinjiang bisa menjadi kampung etnis Uighur?
The Diplomat melaporkan orang Uighur masuk ke Xinjiang saat Kerajaan Uighur runtuh sekitar 840 Masehi. Kelompok Uighur kemudian mengungsi ke Cekungan Tarim, Xinjiang.
Etnis Uighur sendiri berasal dari suku Teli kuno. Mereka aktif di lembah Sungai Selenga dan Orkhon, kemudian berpindah ke utara Sungai Tura.
Pada 744, Uighur membentuk pemerintahan Khan di Mobei, kemudian sempat menempatkan pasukan untuk membantu Dinasti Tang selama dua kali. Pasukan itu ditempatkan untuk mengatasi pemberontakan An Lushan-Shi Siming .
Meski demikian, pemerintahan Khan Uighur runtuh pada 840 akibat bencana alam, konflik internal, dan serangan oleh suku kuno Jiegasi.
Sebagaimana dilansir situs resmi pemerintah China, mayoritas kelompok Uighur akhirnya bermigrasi ke wilayah barat China.
Namun, sebagian kelompok Uighur lain ada yang berpindah ke wilayah Jimsar dan Turpan. Di sana mereka membangun Kerajaan Uighur Gaochang. Kelompok Uighur lainnya berpindah ke wilayah Asia Tengah, menyebar dari Asia Tengah ke Kashi, dan bergabung dengan kelompok Karluk dan Yagma untuk membangun Kerajaan Karahan.
Setelah perpecahan ini, Cekungan Tarim dan area sekitarnya dikuasai oleh Kerajaan Uighur Gaochang dan Kerajaan Karahan.
Warga lokal lalu bergabung dengan Uighur yang berpindah ke Barat, membangun dasar pembentukan etnis Uighur setelahnya.
Pada 1124, anggota pemerintahan Dinasti Liao (916-1125), Yollig Taxin, memimpin pengikutnya, suku Khitan, ke arah Barat dan mengambil alih kekuasaan Xinjiang.
Pada awal abad ke-13, pemimpin Mongol Genghis Khan mengawal pasukan ekspedisi ke Xinjiang. Ia kemudian diberikan wilayah yang berhasil dia kuasai.
Dari sanalah, kaum Uighur mulai menjadi bagian dari China.