'Rebut' Takhta, Plt Presiden Sri Lanka Sebut Rajapaksa Tutupi Bangkrut
Perdana menteri sekaligus pelaksana tugas presiden Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, blak-blakan soal pemerintahan Gotabaya Rajapaksa menutupi krisis ekonomi yang melanda negara itu.
Wickremesinghe mengatakan bahwa rezim Rajapaksa tak menceritakan yang sesungguhnya bahwa Sri Lanka "bangkrut" dan "membutuhkan bantuan Dana Moneter Internasional (IMF)."
"Saya akan berkata kepada orang-orang, saya tahu penderitaan mereka. Kami telah kembali. Kami harus berjuang," kata Wickremesinghe pada Senin (19/7), seperti dilansir CNN.
Ia kemudian melanjutkan, "Kita tak perlu lima tahun atau 10 tahun. Akhir tahun depan, mari kita mulai menstabilkan, dan tentu saja pada 2024 kita punya ekonomi yang berfungsi, yang akan mulai tumbuh."
Wickremesinghe digadang-gadang menjadi kandidat terkuat perdana menteri menggantikan Rajapaksa yang kabur ke luar negeri.
Rajapaksa resmi mengundurkan diri pada pekan lalu, saat ia berada di Singapura. Dari pelarian itu, Rajapaksa menyerahkan kekuasaan sementara ke Wickremesinghe, sesuai undang-undang yang berlaku.sr
Wickremesinghe mengaku menjalin komunikasi dengan Rajapaksa saat pertama ia kabur. Namun, dia tak mengetahui eks presiden itu kini masih di Singapura atau tempat lain.
Rajapaksa kabur lantaran khawatir diamuk massa yang protes imbas krisis ekonomi. Para demonstran juga menuntut Rajapaksa dan perdana menteri mundur.
Massa sampai-sampai menggeruduk Istana Kepresidenan, kantor PM, dan gedung pemerintahan lain.
Mereka juga membakar rumah pribadi Wickremesinghe. Ia mengaku sebagian besar barang-barang di kediamannya tak bisa diselamatkan.
Dia kehilangan lebih dari 4.000 buku, termasuk beberapa yang berusia berabad-abad, dan sebuah piano berusia 125 tahun.
Terlepas dari itu, Wickremesinghe menegaskan kembali keinginannya untuk bersaing memperebutkan kursi presiden.
"Saya tidak sama, orang tahu itu. Saya di sini untuk menangani ekonomi," kata dia.
Wickremesinghe ingin mencalonkan diri menjadi presiden karena tak ingin krisis kembali menerjang Sri Lanka
"Apa yang terjadi pada saya, saya tidak ingin orang lain merasakannya. Tentu saja saya tak mau, tidak ingin itu terjadi pada orang lain," ucap Wickremesinghe.
Meski Rajapaksa resmi mundur, warga tak puas. Mereka tak ingin kroni-kroninya tetap menguasai negara, termasuk Wickremesinghe yang merupakan sekutu dekat Rajapaksa.
Demo tetap berlanjut, terlebih karena bahan bakar minyak (BBM) yang semakin langka. Namun, mereka menggelar protes secara damai.
Untuk meredam protes dan mencari solusi krisis ekonomi, Wickremesinghe mendeklarasikan status darurat awal pekan ini. Status ini diterapkan beberapa hari jelang pemilihan presiden baru yang digelar besok, Rabu (20/7).
Wickremesinghe mengatakan bahwa ia tak akan membiarkan pengunjuk rasa menghalangi pemungutan suara atau membiarkan lebih banyak bangunan diserbu.
"Jangan menghalangi anggota parlemen, dan [biarkan] parlemen menjalankan tugasnya. Harus ada hukum dan ketertiban di negara ini," ujar Wickremesinghe.
Wickremesinghe mengaku sudah mencegah polisi dan militer menggunakan senjata, meski di lapangan, banyak aparat diserang massa. Wickremesinghe menegaskan bahwa ia memahami yang orang-orang Sri Lanka alami.
"Saya memberi tahu mereka bahwa tiga minggu lalu memang buruk, dan seluruh sistem rusak. Kita tak akan memiliki gas. Kita tak akan memiliki diesel. Itu buruk," katanya.
(isa/has)