Presiden pertama Timor Leste, Xanana Gusmao, mengaku tak mengenal tangis saat masih muda, sampai-sampai ia masih tetap tersenyum ketika ditahan di masa penjajahan.
Pengakuan itu muncul saat ia berbincang dengan jurnalis Indonesia, Najwa Shihab. Hasil wawancara itu kemudian diunggah di kanal YouTube milik Najwa Shihab pada Kamis (20/7).
Dalam wawancara itu, Najwa menunjukkan foto Xanana yang tengah diborgol dan dikerumuni sekelompok orang. Salah satu di antara mereka membawa senjata api.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena saya tidak tahu [kenal] menangis. Saya tidak tahu menangis," kata Xanana saat ditanya kenapa tersenyum saat diborgol.
Najwa lalu melempar pertanyaan lagi, mengapa Xanana tak gentar meski tangan diborgol.
"Karena saya sudah bertemu dengan tentara selama perang," tutur dia.
Di medan perang itu, ia mengaku bertemu tentara yang terluka. Xanana mengaku merawatnya hingga sembuh.
"Orang pertama yang saya kenal adalah seorang yang kita tangkap, karena dia enggak bisa lari dan di situ sedang sakit. Saya jadi dokter supaya dia (sembuh)," tutur dia.
Ia tak memandang tentara yang terluka itu sebagai musuh. Bagi dia, musuh adalah mereka yang menenteng senjata. Xanana memang terkenal humanis, bahkan terhadap tentara Indonesia, yang menginvasi wilayahnya.
Xanana merupakan salah satu aktivis yang memperjuangkan kemerdekaan Timor Leste. Pada 1974-1975, Timor Portugis, nama Timor Leste sebelum merdeka, tengah bergejolak.
Ia kemudian bergabung dengan partai Frente Revolucionario de Timor Leste Independente (Fretilin). Partai ini mendukung Timor Portugis memisahkan diri dari Portugis, dan menjadi wilayah merdeka.
Pada November 1975, Fretilin mendeklarasikan Republik Demokrasi Timor Leste. Namun, proklamasi ini tak sepenuhnya mendapat dukungan.
Penolakan itu muncul dari partai Uniao Democratica de Timorense (Apodeti) dan Uniao Democratica de Timorense (UDT).
Kedua partai itu kemudian menjalin komunikasi dengan elite Indonesia, dan memproklamirkan Balibo. Deklarasi ini pada akhirnya menjadi pintu masuk Indonesia menginvasi Timor Leste.
Pada akhir 1975, militer Indonesia menginvasi Timor Leste. Di tahun berikutnya, RI mengesahkan wilayah ini menjadi bagiannya, dengan nama Timor Timur.
Sejak saat itu, Fretilin mengasingkan diri di hutan dan membangun gerakan. Xanana pun turut bergerilya.
Pada 1998, Indonesia sedang berada dalam kekacauan. Soeharto selaku presiden RI saat itu akhirnya mengundurkan diri.
Di tahun selanjutnya, yakni 1999, Presiden BJ Habibie mengizinkan referendum di Timor Timur. Pada 2002, Timor Timur mendeklarasikan kemerdekaannya dan berganti nama menjadi Timor Leste.
(isa/has)