Selain ucapan terima kasih, Waffa menilai lawatan Jokowi ke Asia Timur ini ditujukan untuk menjaga citra baik terutama di waktu krusial seperti saat ini, di mana Indonesia menjabat sebagai Presiden G20. Presidensi G20 Indonesia juga terus disorot sejak invasi Rusia ke Ukraina berlangsung pada Februari lalu.
Sejak itu, banyak negara anggota terutama Barat, menekan Indonesia agar menendang Rusia dari keikutsertaan G20 tahun ini. Namun, Indonesia berupaya bersikap netral dengan tetap mengundang seluruh anggota dan tak menerapkan sanksi terhadap Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Waffa, lawatan Jokowi ke tiga negara Asia Timur ini pun dilakukan guna meredam sejumlah anggapan bahwa RI tetap bersikap netral di tengah konflik tersebut. Dengan begitu, Indonesia berharap tiga negara di Asia Timur itu tetap mendukung RI di berbagai forum.
"Saya pikir Indonesia tengah gencar terkait mengamankan potensi citra buruk itu. Indonesia tengah khawatir citra kepemimpinannya di dunia internasional terdampak karena kebetulan ada situasi darurat seperti di Eropa," ujar Waffa lagi.
Jika Indonesia tak melanjutkan upaya lobi atau diplomasi ini, Waffa menilai Jakarta akan kesulitan membentuk citra sebagai penengah.
Ia kemudian menjelaskan lebih lanjut, secara peluang, seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan pertemuan ke tiga negara Asia Timur ini untuk membangun kepercayaan.
"Indonesia bisa jadi pihak yang membangun kepercayaan, sambil juga membujuk negara-negara [China, Jepang, Korsel] ini gimana caranya mengatasi krisis-krisis seperti krisis pangan," terang dia lagi.
Sementara itu, pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan kunjungan Jokowi ke tiga negara Asia Timur itu akan membahas sejumlah hal lain di luar kerja sama ekonomi.
Rezasyah mencontohkan konflik China dan sejumlah negara ASEAN di Laut China Selatan mungkin akan masuk dalam topik pertemuan Jokowi Xi Jinping.
"Dengan China kemungkinan besar akan dibahas Code of Conduct (CoC) di Laut China Selatan, sehubungan dengan semakin agresifnya Coast Guard China," kata dia.
Ia juga menilai kemungkinan pertemuan Jokowi dengan Xi Jinping akan membahas kritik RI atas Nine Dash line (NDL) atau garis putus-putus versi China yang bertentangan dengan Hukum Laut PBB (UNCLOS).
Namun, baik Menlu Retno dan Jokowi sendiri tidak menyinggung soal isu Laut China Selatan dalam pertemuannya dengan Xi Jinping.
(isa/rds/bac/rds/bac)