Apa Misi Sebenarnya Kunjungan Jokowi ke China sampai Korsel?
Presiden Joko Widodo mengunjungi tiga negara di Asia Timur yakni China, Jepang, dan Korea Selatan pada pekan ini.
Dalam pertemuan dengan Jokowi pada Selasa (26/7) sore, Presiden China Xi Jinping mengungkapkan kemesraan relasi RI-China. Kedua presiden juga menyepakati berbagai kerja sama dan kesepakatan yang kian mempererat kemitraan Jakarta dan Beijing.
Usai melawat China, Jokowi juga bergegas terbang ke Tokyo untuk bertemu Perdana Menteri Fumio Kishida hingga Kaisar Jepang Naruhito hari ini, Rabu (27/7).
Jokowi juga dijadwalkan langsung terbang ke Korsel setelah selesai melakukan kunjungannya di Jepang hari ini.
Dalam pernyataan persnya beberapa hari lalu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menuturkan lawatan Jokowi ini menandakan ketiga negara tersebut merupakan mitra penting dan strategis Indonesia di kawasan.
Lawatan Jokowi ke tiga negara Asia Timur sekaligus ini pun menimbulkan pertanyaan terkait tujuan utama sang presiden dibalik tur kilatnya ini.
Jadi apa sebetulnya misi Jokowi melawat China, Jepang, dan Korsel?
Dalam kunjungannya ke China, Jokowi menyampaikan komitmennya untuk memperkuat kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara sekaligus kawasan dan dunia.
"China adalah mitra strategis komprehensif Indonesia. Kita harus mengisi kemitraan tersebut dengan kerja sama yang menguntungkan untuk negara kita, dan sekaligus untuk kawasan dan dunia," ucap Jokowi.
Fokus kerja sama ekonomi dan perdagangan juga terlihat dari setidaknya tujuh kesepakatan dan kerja sama yang dicapai China-Indonesia saat lawatan Jokowi kemarin.
Namun, menurut pengamat dari Departemen Hubungan Internasional, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Waffa Kharisma, kunjungan kilat Jokowi ke China hingga Korsel ini bukan sekadar memperkuat kerja sama bilateral Indonesia saja.
Waffa menjelaskan kunjungan Jokowi ke China, Jepang, dan Korsel ini seakan mencerminkan rasa terima kasih Indonesia kepada tiga negara yang mendominasi kawasan Asia Timur tersebut.
Sebab, menurut Waffa, ketiga negara itu yang paling sigap dan banyak membantu Indonesia dalam beberapa waktu terakhir, terutama di waktu-waktu sulit seperti saat pandemi Covid-19.
"Ini ekstensi persahabatan yang terbangun di era krisis kemarin," kata Waffa kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/7).
Waffa juga menjabarkan kunjungan itu dari kacamata geopolitik dan ekonomi. Menurut dia, lawatan ini semakin menunjukkan penguatan hubungan antara ASEAN dan ketiga negara tersebut atau ASEAN+3.
"Saat pandemi terlihat pola interaksinya yang mana yang bantu siapa duluan. Itu kacamata besarnya," ucap dia lagi.
Sementara itu, Xu Liping, seorang peneliti studi Asia Tenggara di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing, mengatakan kepada Global Times bahwa selama menjabat sebagai presiden RI, Jokowi memang memprioritaskan menarik investasi asing ke Indonesia dan memperluas perdagangan.
Hal itu, kata Xu terlihat dari volume perdagangan antara China dan Indonesia berlipat ganda pada 2021 jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Statistik menunjukkan bahwa volume perdagangan bilateral antara Indonesia dan China mencapai lebih dari US$120 miliar pada 2021, meningkat 58,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, pandemi Covid-19 masih menghantui dunia.
Para pengamat pun menilai lawatan Jokowi ke Jepang dan Korsel tidak akan terlalu jauh berbeda dengan hasil kunjungannya ke China, yakni fokus menghasilkan sejumlah kesepakatan dan penguatan kerja sama terutama dalam ekonomi dan perdagangan.
"Kemungkinan oleh-oleh beliau nanti akan masih berupa trade deals [kerja sama ekonomi], komitmen investasi, komitmen inisiatif-inisiatif pasca-pandemi," tutur Waffa lagi.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>