Jakarta, CNN Indonesia --
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, menegaskan negaranya siap merespons konfrontasi militer dengan Amerika Serikat, termasuk kemungkinan perang nuklir.
"Saya sekali lagi menegaskan bahwa Korea Utara siap untuk segala konfrontasi militer dengan Amerika Serikat," ujar Kim dalam pidato perayaan gencatan senjata Perang Korea, dikutip dari DW.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angkatan bersenjata kami mempersiapkan diri secara serius untuk merespons krisis apapun, dan pertahanan perang nuklir negara kami juga siap mengerahkan kekuatan mutlaknya dengan patuh, akurat, dan cepat sesuai misinya," kata Kim lagi.
Sementara itu, lembaga think-tank Wilson Center mengatakan Korut telah melangsungkan uji coba rudal lebih dari 30 kali tahun ini. Angka itu melonjak dibandingkan tahun lalu, di mana Korut hanya melakukan delapan kali uji coba.
Peringatan ini membuat Korea Selatan, negara tetangga Korut, khawatir dan waspada.
Korsel sendiri menyesalkan ancaman Kim, pun mengatakan negaranya terus bersiap menghadapi provokasi Korut dengan "cara yang kuat dan efektif," dikutip dari Associated Press.
[Gambas:Video CNN]
Lalu, seberapa kuat nuklir milik Korut hingga Kim Jong Un berani menantang AS?
Dewan Hubungan Internasional (CFR) dalam situs resminya menyampaikan Korut diprediksi memiliki lebih dari 100 senjata nuklir. Tak hanya itu, Korut juga berhasil menguji coba rudal yang dapat mengenai Amerika Serikat.
Rezim Korut sendiri mengetahui cara pembuatan bom nuklir menggunakan uranium ataupun plutonium.
Kedua bahan tersebut merupakan bahan utama untuk membuat bahan fisil, yakni bahan yang mampu mempertahankan reaksi nuklir.
Menurut perhitungan beberapa intelijen AS, pada 2017, Korut memiliki bahan fisil yang cukup untuk 60 senjata nuklir. Per tahunnya, Korut juga memproduksi bahan fisil untuk 12 senjata tambahan.
Melihat perkembangan ini, Korut diprediksi memiliki bahan fisil yang cukup untuk memproduksi lebih dari 100 senjata nuklir pada 2022.
Tak hanya itu, sejumlah pakar menilai hanya tinggal menunggu waktu sampai Korut menyelesaikan pasukan nuklir mereka.
"Kita harus mulai belajar untuk hidup dengan kondisi Korut yang memiliki kemampuan menargetkan Amerika Serikat dengan senjata nuklir," ujar Jeffrey Lewis dari Institut Studi Strategis Middlebury.
Sejak Kim Jong Un memerintah, Korut telah melakukan lebih dari 100 uji coba rudal balistik sampai 2022. Rudal yang diuji memiliki beragam bentuk, mulai dari rudal pendek, rudal medium, rudal menengah, rudal antarbenua, dan rudal yang diluncurkan dari kapal selam.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Pada Juli dan November 2017, Korut sempat melangsungkan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM). Pyongyang mengklaim pada uji coba November 2017, ICBM Hwasong-15 dapat mencapai ketinggian 4.475 kilometer. Rudal itu juga menempuh jarak sekitar 1.000 kilometer sebelum mendarat di lautan dekat pantai Jepang.
Sementara itu, beberapa analis memprediksi Hwasong-15 memiliki jarak tempuh hingga 13 ribu kilometer, pun jika ditembakan dari lintasan yang lebih darat, dapat mencapai daratan Amerika Serikat.
Tak hanya itu, dalam parade militer Oktober 2020, Korut memamerkan ICBM baru yang lebih besar dari Hwasong-15. Rudal itu belum diberi nama ataupun dites, tetapi diprediksi mampu membawa beberapa senjata nuklir ataupun umpan untuk membingungkan sistem pertahanan rudal.
Korut juga memamerkan rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam, yakni Pukkuksong-4.
Pada Januari 2021, Korut juga memamerkan Pukkuksong-5. Beberapa ahli memprediksi rudal itu memiliki jarak tempuh hingga 3.000 kilometer.
Pada September 2021, Korut sempat menguji coba rudal dari peluncur kereta api, membuat senjata itu lebih sulit dideteksi AS dan sekutunya.
Pada Maret 2022, Korut melangsungkan uji coba ICBM. Ini merupakan pertama kalinya Pyongyang menguji ICBM sejak 2017.
Korut mengklaim ICBM tersebut merupakan Hwasong-17, ICBM terbesar milik Pyongyang yang diprediksi memiliki jarak tempuh hingga 15 ribu kilometer.
Namun, militer Korsel menilai rudal yang diuji Korut kala itu memiliki ukuran yang lebih kecil.
Selain menguji coba ICBM, Korut sempat menguji coba rudal balistik jarak dekat yang menggunakan bahan bakar padat. Bahan bakar padat itu membuat rudal lebih cepat diluncurkan.
Korut juga menguji coba rudal jelajah jarak jauh, yang dapat mengecoh sistem pertahanan rudal jika diluncurkan bersamaan dengan rudal balistik.
Mulai dari awal 2022 sampai saat ini, Korut telah meluncurkan lebih dari 30 rudal untuk diuji coba.
Salah satu pengamat dari CFR, Scott A. Snyder, menilai banyaknya uji coba tersebut mengindikasikan Korut tak berekspektasi untuk kembali berhubungan dengan AS secara diplomatik.
Meski begitu, sejumlah pengamat menilai kemungkinan ada masalah keakuratan dalam rudal Korut. Hal ini disebabkan Korut terlalu mengandalkan panduan dari Uni Soviet.
Namun, beberapa pemberontak dan pakar mengatakan Korut mulai menggunakan sistem GPS yang mirip dengan sistem navigasi China. Ini meningkatkan kekhawatiran apakah rudal Korut mungkin bisa lebih akurat ketimbang sebelumnya.