AS Jual Rudal Patriot-THAAD ke Arab saudi dan UEA

CNN Indonesia
Kamis, 04 Agu 2022 08:40 WIB
Amerika Serikat sepakat menjual sistem pencegat rudal THAAD ke Uni Emirat Arab (UEA) dan pencegat rudal Patriot ke Arab Saudi senilai total Rp78,9 triliun.
Amerika Serikat sepakat menjual sistem pencegat rudal THAAD ke Uni Emirat Arab (UEA) dan pencegat rudal Patriot ke Arab Saudi senilai total Rp78,9 triliun. (Foto: AFP/MANDEL NGAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyetujui penjualan sistem pencegat rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) ke Uni Emirat Arab (UEA) dan pencegat rudal Patriot ke Arab Saudi, Rabu (3/8).

Dengan kesepakatan penjualan rudal senilai senilai US$5,3 miliar (Rp78,9 triliun) itu, AS akan memasok sistem pertahanan rudal utama bagi Saudi dan UEA. Penjualan ini disepakati hanya beberapa minggu setelah perjalanan Presiden Joe Biden ke Timur Tengah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

 Kementerian Luar Negeri menyetujui penjualan 300 MIM-104E Guidance Enhanced Missile-Tactical Ballistic Missiles (GEM-T) untuk sistem pertahanan rudal Patriot serta peralatan pendukung, suku cadang, dan dukungan teknis Kerajaan Arab Saudi, kata Kementerian Pertahanan AS.

Pentagon mengatakan Raytheon Technologies RTX.N adalah kontraktor utama untuk memasok sistem pencegat rudal dan peralatan Patriot, yang nilainya bisa mencapai US$3,05 miliar.

[Gambas:Video CNN]

Secara terpisah, Kemlu AS juga menyetujui potensi penjualan 96 pencegat sistem pertahanan rudal THAAD dan peralatan pendukung ke Uni Emirat Arab bersama dengan suku cadang dan dukungan teknis lainnya, kata Pentagon.

Dikutip Reuters, Pentagon mengatakan Lockheed Martin LMT.N adalah kontraktor utama untuk memasok sistem pencegat dan peralatan THAAD ke UEA yang bernilai US$2,25 miliar.

Sebelumnya, AS berupaya menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi gegara keterlibatan negara kerajaan itu dalam perang sipil di Yaman.

Sejak Biden menjabat, AS juga berupaya tidak menjual senjata ofensif ke Arab Saudi.

Namun, keputusan itu tengah dipertimbangkan ulang oleh AS menyusul ancaman Iran di kawasan Timur Tengah dan kondisi ekonomi Negeri Paman Sam yang tertekan gegara tingkat inflasi yang tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.



(rds)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER