Banjir menghantam Assam pada Mei dan Juni lalu. Imbas bencana ini tercatat 192 orang tewas. Wilayah tersebut memang kerap banjir setiap musim hujan. Pada 2022 ini, hujan datang lebih awal dan lebih deras dari biasanya.
Pembangunan tanggul menjadi pusat pengelolaan banjir di Assam sejak 1950-an. Negara bagian ini memiliki tanggul sepanjang lebih dari 4.000 kilometer dan banyak tanggul yang disebut rapuh dan rentan terhadap kerusakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 23 Mei, sebuah tanggul rusak di Sungai Barak. Kerusakan itu terjadi di daerah mayoritas Muslim yang disebut Bethukandi. Ini menjadi salah satu dari faktor penyebab banjir besar di Silchar.
"Pemotongan [tanggul] adalah salah satu penyebabnya. Tapi itu bukan satu-satunya titik dari mana air masuk ke kota," kata inspektur polisi di Silchar, Ramandeep Kaur.
Insiden tersebut diduga menjadi penyebab penangkapan Laskar dan tiga laki-laki Muslim lain.
Namun, salah satu pengamat dari Sekolah Studi Bencana Jamsetji Tata di Mumbai, Nirmalya Choudhury, punya penilaian lain. Ia mengatakan banyak pelanggaran terjadi karena kurangnya perbaikan dan pemeliharaan tanggul.
"Beberapa di antaranya bisa juga karena ulah manusia. Bisa jadi ada kejadian di mana orang dengan sengaja membobol tanggul agar airnya keluar, dan tidak membanjiri daerah mereka," jelas dia lagi.
Choudhury mengatakan klaim jihad banjir adalah jalan keluar yang mudah.
Ia berujar, "Ini masalah manajerial, dan saya pikir itu butuh respons yang jauh lebih matang."
Laskar bebas usai dibui selama 20 hari. Tidak ada bukti yang menunjukkan ia terhubung dengan kerusakan tersebut. Namun, kebebasan itu tak serta-merta membuat dia lega.
"Saya dan keluarga masih takut keluar rumah. Anak saya bolos sekolah. Kalau harus keluar, kadang saya pakai helm untuk menutupi muka. Takut digantung massa yang marah," ucap dia.
(isa/bac)