Sebagaimana diberitakan Hankyoreh, area tempat tinggal para penduduk di Seoul dipenuhi banjir sekitar pukul 21.00. Air tersebut memasuki rumah semi-basemen di sana dan membuat sejumlah warga terjebak.
Kerabat dan tetangga menelepon polisi dan pemadam kebakaran pada pukul 21.00 untuk mengerahkan penyelamat.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Rusia Nilai Israel Munafik hingga Kemlu Panggil Dubes Ukraina |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, banyak orang yang melaporkan hujan deras di waktu yang sama, membuat polisi dan pemadam kebakaran baru tiba di lokasi 30 menit setelah situasi dilaporkan.
"Kami menerima telepon pada pukul 20.59 dan pejabat divisi patroli tiba di sana sekitar pukul 21.30. Divisi patroli menerima lebih dari 40 laporan, yang menyebabkan keterlambatan," demikian pernyataan dari kantor kepolisian Gwanak.
Kepolisian juga menyatakan sempat mendapatkan laporan pada pukul 21.02. Namun, seluruh personel mereka ada di lapangan.
Mereka kemudian meminta bantuan dari kantor pemadam kebakaran terdekat.
Sementara itu, personel pertama tiba di lokasi kejadian pada pukul 21.46.
Lihat Juga : |
"Saat pemadam kebakaran berada di lokasi, mereka tak memiliki peralatan yang dibutuhkan untuk membuka pintu yang tergenang air, itu menambah keterlambatan," kata badan itu lagi.
"Pada akhirnya, mereka tak bisa membuka pintu dan harus memecahkan jendela," lanjutnya.
The Korea Herald melaporkan kejadian yang mirip juga terjadi di Distrik Dongjak, Seoul.
Seorang perempuan umur 50-an meninggal dunia karena tak bisa menyelamatkan diri kala banjir melanda rumah bawah tanahnya. Perempuan itu memiliki disabilitas mental dan ditemukan tewas pada (9/8).
Melihat masalah tersebut, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mendesak pembuatan perumahan milik pemerintah.
Yoon sendiri sempat berkunjung ke rumah perempuan bersaudara yang tewas di Gwanak pada Selasa (9/8).
Setelah itu, ia menegaskan dalam pertemuan kabinet bahwa," kita tidak boleh lagi mengizinkan tragedi yang sebetulnya bisa dicegah."
(pwn/bac)