Membesarkan anak-anak di Cina butuh banyak biaya. Menurut warga China, setiao orang tua dari keluarga kelas menengah ke bawah harus mati-matian untuk membiayai pendidikan satu anak saja.
Sekolah-sekolah negeri pun semakin menuntut iuran selangit dan tambahan lainnya seperti pembayaran makanan hingga kegiatan ekstrakurikuler.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu upaya mengatasi fenomena ini China pada tahun lalu mengeluarkan kebijakan baru dengan mengizinkan setiap pasangan boleh memiliki tiga anak.
Sebelum kebijakan itu muncul, Beijing hanya mengizinkan setiap pasangan mempunyai dua anak. Namun, rencana ini disebut gagal dan tak cukup mengatasi angka populasi yang rendah.
Di dekade sebelumnya, China memberlakukan satu pasang suami istri hanya boleh memiliki satu anak. Saat itu, langkah ini bertujuan mengurangi ledakan populasi yang menyebabkan China menjadi negara dengan penduduk terpadat di dunia.
Namun, kebijakan itu justru menjadi bumerang bagi Negeri Tirai Bambu yang kini mengalami angka kelahiran rendah.
Saat ini, tak sedikit warga China yang memilih tetap melajang atau menikah tanpa memiliki anak.
Menurut laporan tersebut jumlah pendaftaran pernikahan di China turun selama tujuh tahun berturut-turut. Pada 2020 angka pernikahan hanya 8,1 juta pasangan. Jumlah ini menurun 12 persen dari 2019.
Tingkat kelahiran China berada pada level 1,16 pada tahun 2021, jauh di bawah standar 2,1 OECD untuk populasi yang stabil. Angka itu termasuk yang terendah di dunia.
Salah satu perempuan di Shanghai, Li Dan, memilih hidup tanpa suami, meski secara ekonomi dia sanggup membiayai anak.
"Alasan utama bagi saya, seorang perempuan tua usia subur, tidak ada hubungannya dengan uang. Alasan utamanya karena saya perempuan lajang," tutur Li Dan.
Demi mengatasi keengganan warga China untuk punya anak dan menikah, Presiden Xi Jinping mengeluarkan langkah-langkah baru.
Beberapa di antaranya pemerintah menjanjikan insentif pajak dan rumah, menyediakan layanan pengasuh anak, membangun lingkungan kerja yang ramah kehamilan, dan mengatur kembali soal pendidikan.
Lihat Juga : |
Terkait pendidikan, pemerintah juga menutup ratusan ribu les privat sebagai upaya memangkas bebas pekerjaan rumah dan kegiatan pendidikan di luar jam keluarga dan sekolah.
Pekan lalu, China juga berencana mengambil langkah agar perawatan kesuburan lebih mudah diakses dan melarang aborsi.
Pihak berwenang mengatakan akan melakukan promosi kesehatan reproduksi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sambil "mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi aborsi yang tidak diperlukan secara medis."
(isa/rds)