Julian menjelaskan bahwa salah satu penyebab 'resesi seks' ini adalah beberapa orang tak merasa harus melakukan seks jika mereka tak menginginkannya.
Selain itu, Julian juga mengakui kemungkinan beberapa orang lebih mengutamakan sekolah dan pekerjaan, ketimbang cinta dan seks.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat berusia 20-an tahun lebih banyak tak memiliki pasangan hidup. Melihat situasi ini, saya pikir akan lebih sedikit seks terjadi," kata Twenge.
Fenomena 'resesi seks' AS juga dialami China yang dalam satu dekade terakhir berubah menjadi negara maju.
Pada 2021, China mencatat rekor angka kelahiran menjadi yang terendah sejak 1949. Fenomena tersebut pun menjadikan beberapa ahli menganggap Negeri Tirai Bambu tengah menghadapi 'resesi seks'.
"Resesi seks" di China ramai jadi perbincangan usai sebuah laporan dengan judul The Challenges of Law Birth rate in China rilis di Wiley pekan lalu.
Istilah "resesi seks" merujuk pada keengganan warga China untuk menikah dan angka kelahiran yang rendah.
Dalam laporan itu, jumlah populasi di China menurun secara signifikan pada 2021. Di tahun ini, hanya 7,52 kelahiran per 1.000 orang.
Di tahun yang sama, sekitar 11 juta bayi lahir. Jumlah ini menurun dibanding pada 2016, dengan 18 juta kelahiran.
Banyak penduduk di China yang memutuskan hanya memiliki satu anak karena biaya membesarkan yang sangat tinggi, terutama di kota-kota besar.
(bac)