Pada Mei lalu, Finlandia menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Menteri Finlandia untuk urusan Eropa, Tytti Tuppurainen, mengatakan bahwa langkah itu muncul usai melihat Rusia menginvasi Ukraina.
"Rusia yang telah menginvasi Ukraina. Sekarang, masyarakat melihat realitas baru ini dan waktunya tiba bagi [Finlandia] bergabung ke NATO," kata Tuppurainen kepada CNN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengajuan ini tentu telah mengantongi izin dari Marin selaku PM. Ia bahkan menentang Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang melontarkan ancaman agar Finlandia tak bergabung dengan NATO.
"Kita harus siap membayar harga untuk mengakhiri perang," kata Marin, seperti dilansir ABC News.
Kini, proses Finlandia untuk bergabung ke NATO masih dalam tahap ratifikasi.
Marin memang dikenal sebagai sosok yang kerap memperjuangkan isu-isu marjinal, seperti buruh dan perempuan, juga tentunya buruh perempuan.
Ia juga pernah menganjurkan agar lelaki yang mengambil cuti untuk turut serta mengurus anak, tak hanya perempuan.
Sebelum menjadi PM, dia mengusulkan empat hari kerja agar orang tua memiliki banyak waktu untuk keluarga.
Suatu kali, Marin juga sempat mengkritik fotografer karena menganjurkan ia untuk berpose tertentu.
Time melaporkan, seorang fotografer mencoba membujuk Marin untuk pose tiga perempat. Lutut sedikit ditekuk ke samping, dan kedua tangan di pangkuannya.
Namun, Sanna Marin tak melakukannya. Setelah 11 hari menjabat, dia menghadap kamera dengan lurus, kaki sedikit terbuka, dan meletakkan tangannya dengan kuat di paha.
"Beginilah cara Anda melakukannya jika saya seorang pria," kata Marin.
Perubahan iklim juga menjadi agenda sentral Marin. Pemerintahan dia berjanji untuk mengurangi emisi karbon pada 2035.
Jika berhasil, Finlandia menjadi salah satu negara pertama di dunia yang bisa mencapai emisi nol karbon.
Marin mengatakan, emisi akan dipangkas 50 persen pada 2030 melalui subsidi untuk bahan bakar terbarukan dan pengembangan teknologi baru.
"Itu akan menciptakan pekerjaan dan kesempatan bagi Finlandia. Saya tak berpikir melawan perubahan iklim berarti mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dan masa depan yang lebih buruk. Saya pikir itu sebaliknya," kata dia.
Dia menghadapi tantangan serius untuk meyakinkan seluruh negaranya soal itu.
(isa/has)