Media Harvard Pertanyakan Kematian Aktivis LGBT Peru di Bali

CNN Indonesia
Jumat, 26 Agu 2022 18:52 WIB
Media kampus Universitas Harvard mempertanyakan kematian aktivis gender asal Peru, Rodrigo Ventocilla Ventosilla, usai ditahan polisi di Bali.
Media kampus Universitas Harvard mempertanyakan kematian aktivis gender asal Peru, Rodrigo Ventocilla Ventosilla, usai ditahan polisi di Bali. (Getty Images via AFP/Maddie Meyer)
Jakarta, CNN Indonesia --

Media kampus Universitas Harvard merilis pemberitaan yang mempertanyakan kematian aktivis gender asal Peru, Rodrigo Ventocilla Ventosilla, usai ditahan polisi di Bali.

The Harvard Crimson menuliskan, Ventosilla diduga mengalami penganiayaan dan diskriminasi oleh kepolisian Bali.

"Keluarga menuding bahwa Ventosilla ditangkap karena 'tindakan diskriminasi rasial dan transfobia,'" demikian laporan The Harvard Crimson pada Rabu (26/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keluarga juga menilai mahasiswa Harvard itu menjadi sasaran kekerasan polisi Indonesia. Hak-haknya pun dirampas.

Dalam pernyataan resmi, pihak keluarga meminta keadilan untuk Ventosilla dan pasangannya, Marallano Sebastian.

"[Kami meminta] sistem peradilan Peru menyelidiki dengan benar pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rodrigo dan Sebastian untuk menjamin kebenaran, keadilan, dan perbaikan," bunyi pernyataan resmi itu.

Keluarga kemudian mengungkap bahwa polisi di Bali melakukan pemerasan terhadap Ventosilla dan Sebastian. Mereka meminta uang sekitar Rp2,9 miliar.

Sementara itu, Kepolisian Daerah Bali membantah tuduhan penyiksaan, penculikan, dan pemerasan terhadap Ventosilla.

"Tidak benar dan tidak ada. Bapak Kapolda juga menyampaikan, untuk menyampaikan ketidakbenaran itu," kata Kabid Humas Polda Bali, Stefanus Satake Bayu Setianto, kepada CNNIndonesia.com, Kamis (25/8).

Stefanus lebih lanjut menegaskan bahwa tuduhan yang diarahkan ke pihaknya berasal dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) luar negeri.

Ia juga menyatakan Ventosilla sudah mengalami sakit dan mual-mual setelah diserahkan dari bagian imigrasi.

"Yang bersangkutan diserahkan Bea Cukai ke Polda Bali, dan malamnya dia mual-mual dan muntah-muntah, terus dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara dan dirujuk ke RSUP Sanglah, dan meninggal dunia," ucap Stefanus.

[Gambas:Video CNN]

Ia juga menjelaskan bahwa pihak berwenang sudah memberikan surat kuasa kepada keluarga terkait kematian Ventosillo.

Stefanus menegaskan bahwa Polda Bali juga telah melakukan penanganan terhadap warga asing itu sesuai standar operasional prosedur (SOP).

Dalam pernyataan sebelumnya, Stefanus menyatakan penyebab kematian karena kegagalan fungsi tubuh secara menyeluruh yang menyebabkan gagal ginjal, hati, dan sistem saraf.

Namun, pihak keluarga tak serta merta memercayai pernyataan polisi.

"Kami tak tahu penyebab kematian yang sesungguhnya karena pihak berwenang Indonesia tak mengizinkan [autopsi independen]," kata perwakilan keluarga Ventosilla.

Mereka juga menilai pernyataan polisi tak transparan terkait kondisi Ventosilla.

"Polisi Indonesia menghalangi pengacara yang ditunjuk keluarga masuk ke rumah sakit serta mahasiswa Harvard yang datang membantu mereka," demikian pernyataan resmi keluarga.

Kronologi kasus Ventosilla bisa dibaca di halaman berikutnya >>>

Media Harvard Pertanyakan Kematian Aktivis LGBT Peru di Bali

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER