Aliansi Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) mewanti-wanti negara Barat terutama negara dekat Arktika untuk waspada lantaran Rusia-China tengah membangun situs militer baru di Kutub Utara.
Di sebelah Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Alta, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, membeberkan sejumlah daftar situs militer yang tengah digarap Rusia bersama China di kawasan kutub utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rusia telah membentuk komando Arktika baru. Ini telah membuka ratusan situs militer Kutub Utara baru dan bekas Uni Soviet, termasuk lapangan terbang, pelabuhan laut dalam. Rusia juga menggunakan kawasan itu sebagai tempat uji coba banyak sistem senjata barunya," ucap Stoltenberg pada Jumat (26/8).
Selain Rusia, Stoltenberg mengatakan China juga memperluas jangkauannya dan telah mendeklarasikan sebagai negara "dekat Arktika" dengan mengungkap rencana membangun pemecah es terbesar di dunia.
Stoltenberg mengatakan China menginvestasikan miliaran dolar dalam infrastruktur dan proyek penelitian di Kutub Utara yang jauh.
"Beijing dan Moskow juga telah berjanji untuk mengintensifkan operasi praktis di Kutub Utara. Ini merupakan bagian dari kemitraan strategis yang semakin bertentangan dengan nilai dan kepentingan kami, NATO," ucap Stoltenberg seperti dikutip CBC.
Kanada telah lama menyatakan enggan bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam hal militer di Kutub Utara. Alasannya terkait kedaulatan.
Namun, banyak pula sekutu dekat Kanada yang tidak mengakui klaim Ottawa atas Jalur Barat Laut di Kutub Utara.
"The Northwest Passage (Jalur Barat Laut) adalah perairan Kanada. Titik," kata Trudeau menanggapi pernyataan Stoltenberg.
Trudeau mengakui ada "ketidaksepakatan lama dengan Amerika Serikat". Ia mengatakan Washington telah "memahami posisi kami dan sekutu kami, Anda tahu, menghormati posisi Kanada."
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, NATO dan negara Barat semakin waspada terkait ekspansi militer negara pemerintahan Presiden Vladimir Putin ke Kutub Utara.
Sejumlah negara memang kerap memanfaatkan wilayah paling utara dunia itu sebagai area penelitian ilmu pengetahuan hingga persenjataan.
(rds)