Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss berjanji akan mendeklarasikan China sebagai ancaman keamanan nasional negaranya jika terpilih sebagai perdana menteri menggantikan Boris Johnson.
Mengutip politikus sekutu Truss, koran The Times melaporkan perempuan 47 tahun itu berjanji akan membentuk kembali kebijakan luar negeri Inggris dan menetapkan diplomasi dan pertahanan sebagai prioritas negara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China akan diangkat statusnya sama seperti Rusia yang didefinisikan dalam tinjauan negara sebagai 'ancaman akut'," bunyi laporan The Times yang dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Selain soal China, Truss bahkan menyatakan ragu terhadap kemitraan Inggris-Prancis selama ini.
"The Jury's out (idiom yang berarti sesuatu yang belum diputuskan atau yang belum jelas)," kata Truss saat ditanya apakah Presiden Emmanuel Macron adalah teman atau musuh Inggris dalam debat dengan pesaingnya, eks Menteri Keuangan Rishi Sunak.
Truss juga menambahkan jika dia menjadi perdana menteri Inggris, dia akan menilai Macron "berdasarkan perbuatan, bukan kata-kata."
Dikutip Reuters, jawaban Truss itu langsung mengundang sorak sorai dan tepuk tangan dari penonton anggota Partai Konservatif.
Relasi London dan Paris terus memburuk sejak Inggris meninggalkan Uni Eropa pada 2020. Perselisihan keduanya pecah mengenai hukum imigrasi dan perdagangan di Laut Irlandia pasca-Brexit berlaku.
Merespons jawaban Truss, Macron menegaskan Prancis tidak meragukan Inggris sebagai sekutu negaranya 'untuk satu detik pun'.
"Jika Prancis dan Inggris tidak dapat mengatakan apakah mereka teman atau musuh, maka kita menuju masalah serius," ucap Macron pada Senin (29/8).
Truss digadang-gadang menjadi calon yang paling diungguli partai berkuasa, Partai Konservatif, dalam putaran final pemungutan suara PM Inggris pekan ini. Berdasarkan jajak pendapat terbaru, Truss terus unggul suara menjauhi Sunak.
Ada sekitar 200.000 anggota dan akar rumput Partai Konservatif yang akan memilih Truss atau Sunak sebagai PM Inggris selanjutnya. Ratusan ribu anggota Konservatif itu sudah bisa menentukan pilihan mereka sejak awal Agustus, sebelum pemungutan suara melalui pos dan online ditutup pada Jumat pekan ini.
Sementara itu, penghitungan suara dan pemenang akan diumumkan Senin (5/9) depan. Keesokan harinya, pemenang otomatis langsung menggantikan Johnson yang akan lengser sebagai PM.
(rds)