Jakarta, CNN Indonesia --
Rusia dan China termasuk 12 negara sekutu disebut akan menggelar latihan militer besar-besaran di Laut Jepang pada Rabu (7/9).
Menurut laporan, Angkatan Laut China dan Angkatan Laut Rusia akan berlatih navigasi dalam formasi dan menyapu ranjau terapung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latihan militer bertajuk Vostok 2022 menghadirkan pasukan AL dari Aljazair, India, Belarus, Tajikistan, dan Mongolia.
Negara lainnya seperti Laos, Nikaragua, Suriah, Armenia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Nikaragua.
[Gambas:Video CNN]
Latihan itu akan berlangsung pada 1 hingga 7 September dan melibatkan 50 ribu personel.
Selain itu, akan ada ribuan senjata, 140 pesawat tempur, 60 kapal perang, dan kapal pendukung.
"[AL Beijing dan Moskow di Laut Jepang] akan melakukan aksi bersama untuk melindungi komunikasi laut, bidang kegiatan ekonomi kelautan, dan dukungan untuk pasukan darat di daerah pesisir," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia dikutip World Socialist Web Site.
Dalam latihan itu, Pasukan Tentara Pembebasan China (PLA) menggunakan kapal penyerang Nanching Tipe 055, fregat rudal berpemandu Tipe 054A Yancheng dan kapal suplai komprehensif Tipe 903A Dongpinghu.
Kapal Nanching, Yancheng, dan Dongpinghu sebelumnya pernah telribat kerja sama dengan Rusia pada 2014.
Ketika itu, Yancheng dan kapal Rusia berpartisipasi dalam pengawalan pengiriman senjata kimia ke Suriah, sementara Nanchang dan Dongpinghu berpartisipasi dalam latihan militer Laut Bersama China-Rusia pada 2021.
Lanjut baca di halaman berikutnya...
Usai latihan militer itu, pengamat menilai China-Rusia kemungkinan akan melakukan patroli maritim bersama lagi.
Pengamat militer China, Song Zhongping, menilai interaksi China dan Rusia di beragam urusan militer intens. Dengan demikian, tak menutup kemungkinan patroli angkatan laut gabungan akan digelar usai latihan berakhir, demikian dikutip Global Times.
Di situasi saat ini, kata Song, penting bagi China dan Rusia memperkuat kerja sama, terutama di bidang militer. Namun, kerja sama militer itu tak menargetkan pihak ketiga.
Setelah latihan militer Gabungan Laut-2021 China-Rusia, kedua negara membentuk formasi bersama dan melakukan patroli AL pertama pada Oktober 2021.
Selama pelayaran tujuh hari, armada kapal perang gabungan melakukan latihan navigasi bersama, manuver bersama dan penggunaan senjata secara langsung saat kapal berlayar melintasi Laut Jepang, Pasifik Barat, dan Laut Cina Timur.
"Latihan militer dan pelayaran bersama telah mengembangkan lebih lanjut kemitraan koordinasi strategis komprehensif China-Rusia untuk era baru," kata wakil komandan angkatan laut Komando Teater Utara PLA, Bai Yaoping.
Secara efektif kedua pihak juga meningkatkan kemampuan dan operasi untuk bersama-sama menjaga stabilitas internasional dan kawasan.
Pengamat militer lain, yang tak ingin namanya disebutkan, mengatakan normalisasi patroli Angkatan Laut China-Rusia berguna untuk memperdalam rasa saling percaya antara kedua negara, meningkatkan kemampuan operasional maritim, dan merespons kemampuan ancaman maritim.
Pengamat militer Zhang Xuefeng juga mengatakan China dan Rusia bisa melakukan patroli strategis bersama di perairan mana pun yang diizinkan hukum internasional.
Latihan militer itu muncul di tengah ketegangan China dan Amerika Serikat soal Taiwan, dan invasi Rusia di Ukraina.