China-Rusia dan 12 Sekutu Akan Gelar Latihan Militer di Laut Jepang

CNN Indonesia
Senin, 05 Sep 2022 16:23 WIB
Rusia-China dan 12 negara sekutu disebut akan menggelar latihan militer besar-besaran di Laut Jepang pada Rabu (7/9).
Latihan gabungam China dan Rusia. (AP/Vadim Grishankin)

Usai latihan militer itu, pengamat menilai China-Rusia kemungkinan akan melakukan patroli maritim bersama lagi.

Pengamat militer China, Song Zhongping, menilai interaksi China dan Rusia di beragam urusan militer intens. Dengan demikian, tak menutup kemungkinan patroli angkatan laut gabungan akan digelar usai latihan berakhir, demikian dikutip Global Times.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di situasi saat ini, kata Song, penting bagi China dan Rusia memperkuat kerja sama, terutama di bidang militer. Namun, kerja sama militer itu tak menargetkan pihak ketiga.

Setelah latihan militer Gabungan Laut-2021 China-Rusia, kedua negara membentuk formasi bersama dan melakukan patroli AL pertama pada Oktober 2021.

Selama pelayaran tujuh hari, armada kapal perang gabungan melakukan latihan navigasi bersama, manuver bersama dan penggunaan senjata secara langsung saat kapal berlayar melintasi Laut Jepang, Pasifik Barat, dan Laut Cina Timur.

"Latihan militer dan pelayaran bersama telah mengembangkan lebih lanjut kemitraan koordinasi strategis komprehensif China-Rusia untuk era baru," kata wakil komandan angkatan laut Komando Teater Utara PLA, Bai Yaoping.

Secara efektif kedua pihak juga meningkatkan kemampuan dan operasi untuk bersama-sama menjaga stabilitas internasional dan kawasan.

Pengamat militer lain, yang tak ingin namanya disebutkan, mengatakan normalisasi patroli Angkatan Laut China-Rusia berguna untuk memperdalam rasa saling percaya antara kedua negara, meningkatkan kemampuan operasional maritim, dan merespons kemampuan ancaman maritim.

Pengamat militer Zhang Xuefeng juga mengatakan China dan Rusia bisa melakukan patroli strategis bersama di perairan mana pun yang diizinkan hukum internasional.

Latihan militer itu muncul di tengah ketegangan China dan Amerika Serikat soal Taiwan, dan invasi Rusia di Ukraina.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER